Klasifikasi Iklim 05


Pembagian Tipe Iklim Menurut Oldeman

Atmosfer

= – = – =

Beberapa bentuk kegiatan pertanian di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi iklimnya. Unsur iklim yang paling mempengaruhi adalah curah hujan. Curah hujan yang cukup banyak dibutuhkan oleh jenis-jenis tanaman pertanian agar dapat tumbuh dan memberikan produktifitas yang tinggi. Bulan-bulan dengan curah hujan tinggi kemudian dijadikan acuan bagi para petani untuk melakukan kegiatan budidaya atau penanaman tanaman pertanian.

Cukup banyak daerah pertanian di Indonesia yang sangat menggantungkan pengairan kegiatan pertanian mereka dari curah hujan. Pada saat musim kemarau yang kering lahan akan dibiarkan tanpa budidaya atau di tanami tanaman yang mampu hidup dalam kondisi kurang air. Begitu musim hujan datang dan mulai membasahi permukaan bumi, tanpa dikomando mereka mulai berlomba-lomba mengolah lahan mereka dan menanami dengan tanaman budidaya pertanian.

Oldeman mengklasifikasikan iklim berdasar pada banyaknya bulan basah dan bulan kering dalam penentuan tipe iklimnya yang dikaitkan dengan sistem pertanian di suatu daerah tertentu, yaitu kebutuhan air yang digunakan tanaman pertanian untuk hidup. Penggolongan iklim Oldeman ini lebih sering disebut zona agroklimat (agro-climatic classification). Curah hujan merupakan sumber utama dari tanaman yang beririgasi nonteknis (tadah hujan).  Tanaman pertanian pada umumnya dapat tumbuh normal dengan curah hujan antara 200 mm – 300 mm, dan curah hujan di bawah 200 mm sudah mencukupi untuk tanaman palawija.

Zona agroklimat pada klasifikasi ini dibagi menjadi lima subdivisi utama. Kemudian dari tiap-tiap subdivisi tersebut terdapat bulan kering yang berurutan sesuai dengan masa tanamnya, dengan tidak menambahkan faktor-faktor lain yang memengaruhinya. Penggolongan iklim ini sangat berguna bagi pemanfaatan lahan pertanian dan cenderung bersifat ringkas dan praktis.

Berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering yang telah diketahui tersebut, pengelolaan lahan pertanian mendapatkan informasi yang berguna dalam perencanaan pola tanam dan sistem tanamnya. Hasil ini juga sangat mungkin digunakan untuk kepentingan lain selain bidang pertanian.

Subdivisi Periode Kering, Periode Basah Berurutan dan Masa Tanam Menurut Oldeman.

Divisi 1

  • Jumlah bulan kering <2
  • Jumlah bulan basah berurutan 11 – 12 bulan
  • Masa tanam 11 – 12 bulan
  • Kemungkinan penanaman pangan dapat diusahakan sepanjang tahun

Divisi 2

  • Jumlah bulan kering 2 – 3 bulan
  • Jumlah bulan basah berurutan 9 – 10 bulan
  • Masa tanam 9 – 10 bulan
  • Penanaman tanaman dapat diusahakan sepanjang tahun dengan perencanaan yang teliti

Divisi 3

  • Jumlah bulan kering 4 – 6 bulan
  • Jumlah bulan basah berurutan 6 – 8 bulan
  • Masa tanam 6 – 8 bulan
  • Periode bera tidak dapat dihindari, tetapi penanaman 2 jenis tanaman secara bergantian masih mungkin dapat dilakukan, seperti: sawah ditanami padi, berikutnya palawija

Divisi 4

  • Jumlah bulan kering 7 – 9 bulan
  • Jumlah bulan basah berurutan 3 – 5 bulan
  • Masa tanam 3 – 5 bulan
  • Kemungkinan penanaman tanaman pangan hanya satukali

Divisi 5

  • Jumlah bulan kering 9 bulan
  • Jumlah bulan basah berurutan 3 bulan
  • Masa tanam 3 bulan
  • Tidak sesuai untuk tanaman bahan pangan tanpa penambahan sumber air berikut sistem irigasi yang teratur dan baik

.

Tipe iklim menurut Oldeman berdasarkan pembagian divisi di atas adalah :

  1. Iklim A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.
  2. Iklim B : Jika terdapat 7–9 bulan basah berurutan.
  3. Iklim C : Jika terdapat 5–6 bulan basah berurutan.
  4. Iklim D : Jika terdapat 3–4 bulan basah berurutan.
  5. Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.


Pedoman bulan basah, lembap, dan kering yang digunakan Oldeman adalah :

  1. Bulan basah jika curah hujan lebih dari 200 mm.
  2. Bulan lembap jika curah hujannya berkisar antara 100 – 200 mm.
  3. Bulan kering jika curah hujannya kurang dari 100 mm

.

Sumber Tulisan :

  1. Daldjoeni, N. 2014. Pokok-pokok Klimatologi. Yogyakarta : Ombak
  2. Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Kanisius
  3. Heriawan, Nandang. 2006. Cuaca dan Iklim. Tasikmalaya : Prodi FKIP Universitas Siliwangi
  4. Siswanto, Eko. 2015. Ekologi Sosial. Yogyakarta : Ombak
  5. Soedomo, Mustikahadi. 2001. Pencemaran Udara. Bandung : ITB Press
  6. Wardhana, Wisnu Aryo. 2010. Dampak Pemanasan Global. Yogyakarta : Andi Offset.

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.