Stadium Perkembangan Sungai
Hidrosfer
= – = – =
Sungai adalah massa air tawar yang mengalir secara alamiah mulai dari sumber air sampai ke muara. Sumber air sungai umumnya berasal dari mata air yang keluar dari dalam tanah melalui celah-celah atau retakan batuan. Selain dari resapan air hujan sumber air sungai dapat pula berupa pencairan es atau gletser. Adapun badan-badan air yang dapat berfungsi sebagai muara sungai antara lain laut, danau, atau sungai lain.
Suatu sungai memiliki lebar yang berbeda-beda di sepanjang alirannya. Pada satu bagian sungai ada yang sempit namun dalam, dan di bagian lainnya lebar serta dangkal. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya besarnya debit air, semakin besar debit air yang mengalir maka air tersebut memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerosi beberapa bagian sungai. Karakter batuan juga mempengaruhi lebar sungai, jenis batuan yang lunak maka dalam proses pelapukannya cenderung menghasilkan tanah yang juga mudah dierosi oleh aliran air.
Selain faktor di atas lebar aliran sungai juga dipengarui oleh kondisi geomorfologi wilayah yang dilewati aliran sungai tersebut. Pada daerah yang miring maka sungai akan cenderung sempit namun dalam, hal ini dipengaruhi oleh derasnya aliran air. Sedangkan pada daerah yang mulai landai maka aliran sungai akan melambat sehingga kekuatan erosinya melemah dan pengikisan lebih banyak terjadi secara horinsontal dan kanan kiri sungai yang menyebabkan sungai menjadi makin lebar.
Berdasarkan tahap perkembangannya, secara umum sungai dikelompokkan dalam tiga tingkatan perkembangan sungai yang sering disebut dengan stadium atau stadia sungai. Tiga tingkatan stadium sungai tersebut antara lain :
1. Stadium Muda
Stadium muda sebuah sungai biasanya terdapat di daerah hulu. Pada tahap awal perkembangannya, sungai dengan stadium muda ditandai dengan bentuk sungai yang belum memiliki pola aliran sungai yang teratur dan biasanya terdapat di daerah yang mengalami pengangkatan atau di atas permukaan lava yang masih baru.
Stadium muda suatu sungai memiliki karakteristik sebagai berikut :
-
- arus sungai deras
- arah erosi ke dasar sungai (erosi vertikal)
- lembahnya curam
- lembahnya berbentuk V
- kadang-kadang terdapat air terjun
- tidak terjadi pengendapan (sedimentasi).
- terdapat batu-batu besar dan runcing.
.
2. Stadium Dewasa
Stadium dewasa suatu aliran sungai biasanya terdapat di bagian tengah di daerah yang cenderung mulai landai dan tingkat kemiringan lereng makin mengecil.
Sungai dengan stadium dewasa memiliki karakteristik sebagai berikut :
-
- arus air sungai tidak begitu deras
- erosi sungai mulai ke samping (erosi horizontal)
- aliran sungai mulai berkelok-kelok
- mulai terjadi proses sedimentasi dan (pengendapan) karena kecepatan airmulai berkurang
- batu-batu bersudut bulat, dengan ukuran lebih kecil dari daerah hulu
.
3. Stadium Tua
Stadium tua suatu aliran sungai terdapat di bagian hilir, yaitu di daerah yang berdekatan dengan muara sungai. Bagian sungai dengan stadium tua memiliki karakteristik sebagai berikut :
-
- arus air sungai tenang
- terjadi banyak sedimentasi
- erosi ke arah samping (horizontal)
- sungai berkelok-kelok (terjadi proses meandering)
- terkadangditemukan meander yang terpotong sehingga membentuk kali mati/danau tapal kuda (oxbow lake)
- di bagian muara kadang-kadang terbentuk delta.
- terdapat batu-batu kecil bersudut bulat.
Jika bagian hilir sungai mengalami peristiwa pengangkatan daratan atau penurunan muka ari laut maka peristiwa erosi cenderung akan terjadi lagi dalam bentuk erosi vertikal. Karena terjadi peristiwa erosi vertikal lagi maka daerah hilir tersebut masuk dalam tahap stadium peremajaan sungai.
.
- Asdak, Chay. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
- Erwin Irawan, Dasapta. 2015. Hidrogeologi Umum. Yogyakarta : Penerbit Ombak
- Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi. 2017. Modul Morfologi Sungai Pelatihan Perencanaan Teknik Sungai. Bandung : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat
- Sosrodarsono, S dan K. Takeda. 1987. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.
- Supirin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi Ofset.
.
= – = – =
Terimakasih atas kunjungannya.
Mohon kritik dan sarannya
Selamat belajar. Semoga bermanfaat.