Permasalahan Kependudukan 04


Masih Rendahnya Kualitas Penduduk di Indonesia

Oleh : Andi Hidayat

= – = – =

Keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu negara banyak ditentukan oleh faktor kualitas penduduknya. Kualitas penduduk menentukan keberhasilan dan pembangunan dan kemajuan negara karena berkaitan dengan kemampuan penduduk yang ada di negara tersebut dapat dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dari sudut pandang kependudukan negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan kualitas penduduk yang tinggi adalah kondisi ideal yang diharapkan oleh suatu negara. Derap pembangunan akan berjalan dengan mulus tanpa ada hambatan yang berarti karena dukungan dari banyaknya penduduk yang berkualifikasi tinggi. Tingginya tingkat kualitas penduduk di suatu negara membuat roda pembangunan di berbagai sektor akan dengan cepat berputar dan bergerak menuju arah kemajuan negara yang pada akhirnya akan mencapai finishnya pada kondisi kemakmuran dan kejayaan.

Secara demografis, kualitas penduduk di suatu negara di pengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kesehatan, pendidikan, pendapatan, gender, property, keamanan, pekerjaan, keuangan, mobilitas, komunikasi, ketahanan lingkungan, demografi dan kondisi sosial ekonomi yang berkelanjutan. (Baca juga : Kualitas Penduduk).

Gambaran kualitas penduduk di suatu negara dapat dilihat dari banyak faktor di atas, namun secara umum dapat diamati dari tiga faktor pertama yaitu bagaimana tingkat kesehatan penduduknya, bagaimana tingkat pendidikan penduduknya secara formal dan bagaimana tingkat pendapatan penduduknya yang tercermin dari pendapatan nasional kotornya.

Baca juga :

Besarnya jumlah penduduk Indonesia

Laju pertumbuhan Penduduk Indonesia

Persebaran penduduk Indonesia

Lantas bagaimana dengan kualitas penduduk di Indonesia berdasarkan tiga faktor di atas?

Dari pengamatan secara sekilas mungkin akan banyak yang mengatakan bahwa kualitas penduduk di Indonesia masih tergolong rendah.

Benarkah pendapat tersebut?

Mari kita lihat data berikut ini.
(1) Tingkat Pendidikan Penduduk Indonesia

Berdasarkan data dari BPS dalam Statistik Pendidikan 2018, secara umum tingkat pendidikan penduduk Indonesia mencapai pendidikan menengah. Data Susenas menunjukkan bahwa hanya satu dari empat penduduk 15 tahun ke atas telah tamat SM/Sederajat, dan hanya sekitar delapan persen yang berhasil menyelesaikan pendidikannya hingga jenjang Perguruan Tinggi (PT).

Menurut statistik pendidikan 2018 tersebut semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin banyak anak putus sekolah. Pada 2018 terdapat 5 dari setiap 1.000 anak SD yang mengalami putus sekolah. Angka tersebut semakin membesar pada jenjang di atasnya, pada 2018 terdapat 29 anak dari setiap 1.000 anak Sekolah Menengah mengalami putus sekolah. Statistik Pendidikan 2018 dapat di download di sini.

Data lain berdasarkan Education Index yang dikeluarkan oleh Human Development Reports, pada 2017, Indonesia ada di posisi ketujuh di ASEAN dengan skor 0,622. Skor tertinggi diraih Singapura, yaitu sebesar 0,832. Peringkat kedua ditempati oleh Malaysia (0,719) dan disusul oleh Brunei Darussalam (0,704). Pada posisi keempat ada Thailand dan Filipina, keduanya sama-sama memiliki skor 0,661. (Sumber : Tirto.id)

Data statistik pendidikan 2018 dari BPS dan data Education Index dari Human Development Report tersebut menggambarkan kondisi pendidikan di Indonesia. Secara nasional hal ini berpotensi membuat daya saing Indonesia dengan negara-negara lain juga lemah.

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia antara lain :

      • Rendahnya tingkat pendapatan penduduk, orang tua/penduduk yang berpendapatan rendah banyak yang tidak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi membuat anak tersebut putus sekolah.
      • Motivasi belajar yang masih rendah, masih penduduk berpandangan bahwa pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tidak begitu penting. Sekolah asal dapat membaca, menulis dan berhitung saja sudah dianggap cukup sehingga tidak mau melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.
      • Dari orang tua adalah faktor rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan sehingga banyak orangtua yang kemudian tidak menyekolahkan anaknya.
      • Ketidak seimbangan antara jumlah peserta didik dengan prasarana-sarana pendidikan seperti gedung sekolah, kelas, guru, buku-buku pelajaran dan lainnya.

Untuk mengatasi kondisi pendidikan di Indonesia, pemerintah melakukan berbagai macam upaya antara lain :

      • Menambah jumlah lembaga pendidikan baik dari SD sampai jenjang Perguruan Tinggi
      • Menambah jumlah tenaga pendidikan (guru dan dosen) pada semua lembaga pendidikan
      • Melaksanakan program wajib belajar
      • Memberikan beasiswa bagi siswa tidak mampu, berprestasi
      • Membangun sarana penunjang pendidikan di sekolah seperti perpustakaan dan laboratorium.
      • Meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan melalui berbagai macam kegiatan diklat, seminar, penataran dll.
      • Menyempurnakan kurikulum dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

(2) Tingkat Pendapatan Penduduk Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara Asia Pasifik yang memiliki posisi penting dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Berdasarkan laporan Organisasi Dana Moneter Internasional (IMF), lima negara anggota ASEAN-5, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam, secara total mencapai pertumbuhan ekonomi yang tergolong tinggi dibanding beberapa kelompok negara lainnya. pertumbuhan ekonomi ASEAN-5 mencapai 5,2 persen pada 2018, namun angka ini lebih kecil dibanding 2017 yang mencapai 5,4 persen.

Pendapatan nasional merupakan seluruh pendapatan yang diterima oleh seluruh anggota masyarakat atau seluruh rumah tangga keluarga (RTK) dalam suatu negara dengan kurun waktu tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Pendapatan nasional dapat juga diartikan sebagai hasil produksi nasional, yang berarti nilai hasil produksi yang dihasilkan oleh seluruh anggota masyarakat suatu negara dalam waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Tingkat pendapatan suatu negara dapat diamati dari pendapatan nasionalnya. Berdasarkan data Pendapatan Nasional Indonesia 2014-2018 dari BPS, Pendapatan nasional Indonesia pada 2017 tumbuh 6,53% menjadi Rp 10.050,2 triliun dari tahun sebelumnya. Sementara pertumbuhan rata-rata pendapatan nasional periode 2011-2017 sebesar 9,1%/tahun. Dengan jumlah penduduk mencapai 261,89 juta jiwa, maka pendapatan nasionl per kapita pada tahun lalu sebesar Rp 38,38 juta, yang berarti naik 5,76%  dari tahun sebelumnya. Untuk periode 2011-2017, pendapatan nasional per kapita nasional mengalami pertumbuhan rata-rata 7,67%/tahun.

Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai US$ 1,02 triliun atau setara Rp 13.588 triliun. Namun, karena jumlah penduduknya banyak membuat PDB per kapita Indonesia kalah dibanding dengan Singapura, Malaysia maupun Thailand.

Berdasarkan data Tradingeconomics PDB per kapita Indonesia pada 2017 sebesar US$ 4.130 atau Rp 51,89 juta berada di posisi ke 5 dari 10 negara-negara anggota ASEAN seperti terlihat pada grafik di atas. Posisi Indonesia berada di bawah Thailand dengan PDB per kapita US$ 6.125. Sementara Singapura merupakan negara dengan PDB per kapita terbesar, yakni mencapai US$ 55.235. (Sumber : Databoks)

Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan penduduk di Indonesia, antara lain :

      • Jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan yang tinggi setiap tahunnya
      • Kemampuan pengelolaan sumber daya alam yang masih rendah. Meskipun sumber daya alam di Indonesia melimpah ruah, tetapi karena kemampuan pengelolaan yang masih kurang menyebabkan peningkatan kesejahteraan penduduk juga kurang.
      • Penguasaan teknologi untuk mengelola sumber daya alam yang masih tergolong rendah
      • Hasil produksi pertanian, pertambangan, perindustrian, perdagangan dan fasilitas jasa (pelayanan) masih belum optimal
      • Masih sedikitnya jumlah lapangan kerja dibandingkan dengan banyaknya pencari kerja.

(3) Tingkat Kesehatan Penduduk Indonesia

Faktor-faktor yang dapat menggambarkan masih rendahnya tingkat kesehatan di Indonesia adalah:

      • Banyaknya lingkungan yang kurang sehat.
      • enyakit menular sering berjangkit.
      • Gejala kekurangan gizi sering dialami penduduk.
      • Angka kematian bayi tahun 1980 sebesar 108 per 1000 bayi dan tahun 1990 sebesar 71 per 1000 kelahiran bayi.
      • Masalah gizi yang masih dihadapi seperti kekurangan vitamin A, kekurangan kalori protein, kekurangan zat besi, gondok

Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan penduduk Indonesia yaitu:

      • Melaksanakan program perbaikan gizi.
      • Perbaikan lingkungan hidup dengan cara mengubah perilaku sehat penduduk, serta melengkapi sarana dan prasarana kesehatan.
      • Penambahan jumlah tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat.
      • Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
      • Pembangunan Puskesmas dan rumah sakit.
      • Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
      • Penyediaan air bersih.
      • Pembentukan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) dan aneka kegiatan posyandu meliputi penimbangan bayi secara berkala, imunisasi bayi/balita, pemberian makanan tambahan, penggunaan garam oralit, Keluarga Berencana, peningkatan pendapatan wanita

WHO sudah merilis daftar negara berdasarkan tingkat kesehatan penduduknya secara global. Dari rilis tersebut diketahui Indonesia menduduki peringkat ke 101 dari 149 negara pada tahun 2017 lalu. Tentunya negara kita tercinta ini kalah dari Malaysia, Thailand, Laos, dan Vietnam dari factor kesehatan. Selain Indonesia yang masuk ke dalam daftar rendah, negara-negara yang didera perang juga masuk dalam kategori kesehatan terendah (sumber : Tirto.id)

Pada pertengahan Januari 2017 lalu, Sun Life Financial Asia melakukan survey di beberapa negara seperti Indonesia, Hongkong, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Dalam survey tesebut, responden Indonesia menyebutkan enam hal yang menjadi kendala utama mereka dalam menjalani hidup sehat yaitu:

      • 44% waktu yang kurang akibat pekerjaan
      • 36% distraksi
      • 35% besarnya biaya hidup sehat
      • 52% tidak rutin berolahraga
      • 31% selalu kurang tidur dari 6 jam/hari
      • 28% selalu mengkonsumsi makanan tidak sehat

.

Sumber Tulisan :

  1. Mantra, Ida Bagus. 2011. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
  2. Ruhimat, Mamat. 2016. Geografi Penduduk. Yogyakarta : Ombak
  3. Siswono, Eko. 2015. Demografi. Yogyakarta : Ombak
  4. Wesnawa, I Gede Astra. 2015. Geografi Permukiman. Yogyakarta : Graha Ilmu
  5. Yunus, HS. 1982. Geografi Permukiman dan Beberapa Masalah Permukiman di Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.