Permasalahan Kependudukan 03


Persebaran Penduduk Indonesia

Oleh : Andi Hidayat

= – = – =

Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 mencapai 237.641.326 jiwa yang menjadikan negara ini merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia. Jumlah ini akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan proyeksi penduduk oleh BPS penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 305 juta jiwa pada tahun 2035. Faktor-faktor alami seperti tingginya angka kelahiran dan rendahnya angka kematian, lalu faktor non alami sepertinya tinggi rendahnya angka migrasi baik Imigrasi maupun Emigrasi menjadi pemicu bertambahnya penduduk.

Keberadaan suatu negara tak lepas oleh keadaan penduduknya baik secara kualitas maupun kuantitas. Tinggi rendahnya kualitas penduduk akan berpengaruh terhadap kemajuan negara tersebut, sementara kuantitas atau jumlah pendudukpun juga sama, tak lain turut memberi pengaruh terhadap kemajuan pembangunan negara.

Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah idealnya menyasar ke semua bidang kehidupan penduduk, dalam arti pelaksanaan pembangunan tersebut merata dan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat maupun merata di semua wilayah.

Baca juga :

Besarnya jumlah penduduk Indonesia

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia

Masih Rendahnya Kualitas Penduduk Indonesia

Salah satu permasalahan kependudukan yang ada di Indonesia adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Masih banyak daerah-daerah terpencil di wilayah Indonesia yang memiliki sedikit penduduk. Bagaimana gambaran sederhana tentang persebaran pendudu Indonesia dapat dilihat pada peta jumlah penduduk antar pulau berikut ini :

Dari peta di atas dapat kita ketahui bahwa persebaran penduduk tidak merata dengan konsentrasi penduduk Indonesia memusat di bagian barat, yaitu di pulau Sumatra dan terutama di pulau Jawa. Separuh lebih penduduk Indonesia atau sebesar 57% terpusat di pulau Jawa, pulau terkecil dari 5 pulau besar di Indonesia.

Selain persebaran penduduknya, masih banyak pula daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah. Secara rinci gambaran kepadatan penduduk di Indonesia dapat dilihat pada data kepadatan penduduk per-propinsi berikut :

Dari data di atas dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk propinsi-propinsi di pulau Jawa mengalami kecenderungan peningkatan dalam jumlah yang besar di bandingkan dengan propinsi-propinsi dan pulau-pulau lain. Meningkatnya kepadatan penduduk di pulau Jawa selain karena faktor alamiah (kelahiran dan kematian), faktor non alami (migrasi) juga memberikan andil yang besar. Urbanisasi penduduk dari daerah lain karena berbagai kepentingan terjadi di kota-kota besar di Jawa. Jakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia dan pusat pertumbuhan kawasan metropolitan JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi), lalu Surabaya sebagai pusat pertumbuhan kawasan GERBANGKERTASUSILA (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan) memberikan daya tarik bagi penduduk di luar pulau Jawa untuk ber-urbanisasi ke kota-kota di Jawa untuk mengadu nasib.

Begitupun dengan segitiga JOGLOSEMAR (Jogjakarta, Solo/Surakarta, Semarang) juga menarik para pendatang dari luar Jawa untuk ber-urbanisasi. Jogja dengan fungsinya sebagai kota pendidikan tidak hanya menarik pada tenaga kerja tetapi juga menarik minat generasi muda untuk melanjutkan studi. Migrasi penduduk dari luar menuju pulau Jawa inilah yang menjadi penyebab Jawa mengalami peningkatan yang kepadatan penduduk yang cenderung tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini secara tidak langsung berdampak dengan rendahnya pertumbuhan penduduk total dari pulau-pulau dan propinsi lain.

Masalah persebaran penduduk yang tidak merata ini kemudian menjadi pemicu masalah yang lain, yaitu tidak meratanya pula pembangunan. Karena konsentrasi penduduk terpusat di pulau Jawa, maka untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang demikian banyaknya ini membuat proporsi pelaksanaan pembangunan juga terpusat ke Jawa. Konsentrasi pembangunan ini menyebabkan dampak lanjutan yaitu proporsi kegiatan pembangunan di pulau-pulau lain tidak sebanyak dengan yang dilaksanakan di pulau Jawa sehingga tidak meratanya proporsi pembangunan ini menyebabkan munculnya daerah-daerah tertinggal.

Dari peta daerah tertinggal di Indonesia di atas (sumber : kompasiana) , dapat kita ketahui betapa masih banyak wilayah-wilayah tertinggal yang kemungkinan masih belum mendapatkan jatah pembangunan sebagaimana mestinya.

Lantas bagaimana agar persebaran penduduk di Indonesia tidak hanya terkonsentrasi di pulau Jawa, atau dari sisi kegiatan pembangunan bagaimana adar seluruh wilayah dapat sama-sama merasakan hasil pembangunan secara merata?

Ada beberapa cara yang dapat diterapkan oleh pemerintah agar persebaran penduduk dapat merata dan tidak hanya terkonsentrasi di pulau Jawa, misalnya :

(1) Membangun pusat-pusat pertumbuhan selain di pulau Jawa

Pada masa Repelita Indonesia telah mengagendakan membangun pusat-pusat pertumbuhan yang diharapkan dapat membuat wilayah tersebut dapat berkembang dan menjadi aneka pusat kegiatan secara ekonomi. Kota Medan dan Makassar yang berada di luar pulau Jawa telah berkembang menjadi pusat pertumbuhan, namun mengingat luasnya wilayah Indonesia dan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di setiap propinsi maka ada baiknya mulai dimunculkan lagi kota/wilayah sebagai pusat pertumbuhan yang baru bagi wilayah sekitarnya. Propinsi di pulau Sumatra yang jauh dari Medan, Kalimantan yang jauh dari Surabaya, Sulawesi bagian utara yang jauh dari Makassar dan apalagi pulau Papua yang terdapat di bagian timur Indonesia akan dapat merasakan pembangunan yang sama dengan yang lain jika di daerah-daerah tersebut dijadikan sebagai pusat pertumbuhan yang baru. Jika wilayah-wilayah tersebut berhasil berkembang maka akan dapat menekan angka Urbanisasi penduduk menuju pulau Jawa.

Selain pembangunan pusat pertumbuhan, rencana pemindahan Ibukota RI ke bagian timur Pulau Kalimantan dari sisi kependudukan juga dapat berdampak pada pemerataan penduduk maupun pembangunan. Daya tarik wilayah yang menjadi ibukota baru dapat membuat wilayah di Kalimantan menjadi berkembang dan bukan tidak mungkin dapat pula menjadi pusat pertumbuhan utama di Indonesia.

(2) Menggalakkan kembali program transmigrasi.

Program transmigrasi dilaksanakan oleh pemerintah untuk mengurangi kesenjangan sosial yang besar antara desa dengan kota, antara si kaya dan si miskin, maupun kesenjangan di berbagai sektor yang lain. Progrma transmigrasi dapat menurunkan angka kemiskinan dan membuat daerah-daerah tertinggal bisa mendapatkan jatah pembangunan. Jika kedua hal tersebut dapat dicapai maka dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan pembangunan. (Sumber : tribunnews)

.

Sumber Tulisan :

  1. Mantra, Ida Bagus. 2011. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
  2. Ruhimat, Mamat. 2016. Geografi Penduduk. Yogyakarta : Ombak
  3. Siswono, Eko. 2015. Demografi. Yogyakarta : Ombak
  4. Wesnawa, I Gede Astra. 2015. Geografi Permukiman. Yogyakarta : Graha Ilmu
  5. Yunus, HS. 1982. Geografi Permukiman dan Beberapa Masalah Permukiman di Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.