Penentuan Iklim Suatu Wilayah Menurut Schmidt-Ferguson
Atmosfer
= – = – =
Daerah tropis merupakan daerah yang secara umum mengalami dua musim dalam setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau ditandai dengan kondisi udara yang cenderung kering dan memiliki curah hujan rendah. Musim penghujan ditandai dengan kondisi udara yang cenderung lembab/basah dan memiliki curah hujan tinggi. Kondisi yang berbeda ini berdampak pada berbagai aktifitas manusia yang berhubungan langsung dengan alam, salah satunya adalah kegiatan pertanian.
Bentuk kegiatan pertanian yang berhubungan dengan iklim di suatu daerah dipengaruhi oleh ketersediaan air yang ada di daerah tersebut. Di daerah yang memiliki kecukupan air dan tidak terpengaruh oleh musim kemarau maupun hujan, maka kegiatan pertanian dapat berjalan tanpa kendala. Jenis tanaman budidaya apapun yang ditanam akan tumbuh dengan baik karena kecukupan air. Lain halnya dengan daerah yang memiliki kertersediaan air yang berbeda di kedua musim tersebut. Kegiatan pertanian akan berjalan lebih lambat sehingga produktifitas pertanian juga akan menurun.
Untuk keperluan di bidang pertanian dan perkebunan, Schmidt dan Ferguson membuat penggolongan iklim khusus daerah tropis. Dasar pengklasifikasian iklim ini adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan sehingga diketahui rata-rata bulan basah, lembap, dan bulan kering.
Prinsip pembagian iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan perhitungan jumlah bulan-bulan terkering dan bulan-bulan basah setiap tahun kemudian dirata-ratakan. Untuk menentukan bulan basah dan bulan kering dengan menggunakan metode Mohr, yaitu :
- Bulan kering, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm
- Bulan basah, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm
- bulan lembap, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya antara 60–100 mm
Iklim Schmidt dan Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan atas nilai Q. Nilai Q merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah. Nilai Q dirumuskan sebagai berikut :
Hasil dari perhitungan kemudian dimasukkan dalam jenis ikli menurut ketentuan dari sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson sebagai contoh berikut :
Contoh soal :
Diketahui data curah hujan daerah X pada tahun 2018
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des |
Curah hu- jan (mm) |
225 | 145 | 155 | 75 | 65 | 25 | 20 | 25 | 50 | 80 | 165 | 250 |
Berdasarkan data di atas ketahui jumlah bulan kering, bulan basah dan bulan basah sebagai berikut :
- Bulan kering : 4 (Juni. Juli, Agustus, September)
- Bulan lembab : 3 (April, Mei, Oktober)
- Bulan basah : 5 (Januari, Februari, Maret, November, Desember)
Berdasarkan bulan kering dan bulan basah maka nilai Q adalah sebagai berikut :
Q = (bulan kering/bulan basah) x 100%
Q = (4/5) x 100%
Q = 0,4 x 100%
Q = 80 %
Dari hasil perhitungan nilai Q diatas maka iklim daerah X pada tahun 2018 menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson adalah iklim D atau iklim Sedang.
Iklim D/Sedang berdasarkan grafik type iklim Schmidt-Ferguson seperti pada gambar di atas.
.
Sumber Tulisan :
- Daldjoeni, N. 2014. Pokok-pokok Klimatologi. Yogyakarta : Ombak
- Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Kanisius
- Heriawan, Nandang. 2006. Cuaca dan Iklim. Tasikmalaya : Prodi FKIP Universitas Siliwangi
- Siswanto, Eko. 2015. Ekologi Sosial. Yogyakarta : Ombak
- Soedomo, Mustikahadi. 2001. Pencemaran Udara. Bandung : ITB Press
- Wardhana, Wisnu Aryo. 2010. Dampak Pemanasan Global. Yogyakarta : Andi Offset.
= – = – =
Terimakasih atas kunjungannya.
Mohon kritik dan sarannya
Selamat belajar. Semoga bermanfaat.
Kak, saya ingin menggunakan metode Schmidt Ferguson pada data curah hujan BMKG dalam waktu 10 tahun terakhir. Tetapi, banyak dari data BMKG yang tidak lengkap datanya. Jadi, bagaimana cara menghitung rata-rata curah hujan perbulan dalam waktu 10 tahun terakhir kak? sedangkan data curah hujan banyak yang tidak lengkap.
Kebanyakan metode menggunakan curah hujan sebagai dasar penentuan tipe iklim, di sinilah data dari instansi terkait akan turut berperan dalam kegiatan perhitungan kita.
Jika data yang tersedia tidak lengkap tentu kita akan kesulitan dalam menentukan hasil akhir tipe iklimnya.
Tentu kita tidak bisa spekulasi dengan asal menentukan bulan kering – lembab – basah pada bulan yang tidak ada atau kurang datanya.