Mengukur Kedalaman Laut
Hidrosfer
= – = – =
Sama halnya dengan permukaan tanah dengan pegunungan dan perbukitan di daratan, permukaan bumi yang terdapat di dasar laut tidak sepenuhnya datar. Morfologinya sama seperti di daratan, terdapat permukaan datar dan ada banyak jenis bentang alam bawah air seperti ngarai, parit, bukit, lembah, jurang dan gunung berapi bawah air.

Kedalaman rata-rata lautan di permukaan bumi adalah 3.700 meter (12.100 kaki). Namun pada beberapa bagian tempat terdalam di bumi ditemukan banyak dasar laut yang memiliki kedalaman lebih dari rata-rata kedalaman tersebut. Bahkan berdasarkan catatan hasil penelitian para ahli kelautan, kedalaman laut yang pernah tercatat terletak di bagian barat Samudra Pasifik, tepatnya di sebuah palung yang bernama Palung Mariana. Kedalaman palung tersebut adalah sekitar 11.000 meter (36.200 kaki).
Metode Pengukuran Kedalaman Laut
Batimetri adalah istilah ilmiah untuk mengukur kedalaman air di lautan, danau, dan sungai. Peta batimetri mirip dengan peta daratan karena menunjukkan bentang alam bawah laut yang berbeda di wilayah tertentu.Banyak wilayah laut di dunia yang sangat dalam sehingga dari luar angkasa permukaan lautan berwarna biru gelap. Semakin turun ke bawah maka tekanan air akan semakin besar sehingga akan semakin sedikit makhluk hidup yang dapat menghuni kedalaman laut. Lalu bagaimana kedalaman laut dapat diketahui? Dengan cara apa dan alat apa yang digunakan untuk mengukur kedalaman laut tersebut? Ilmuwan dan peneliti dapat menggunakan metode berbeda untuk mengukur kedalaman laut, antara lain sebagai berikut :
1. Tali dan bandul
Metode ini merupakan metode yang pertama kali digunakan untuk mengukur kedalaman laut. Merupakan metode masa lalu yang menjadi tonggak sejarah pengukuran kedalaman laut. Metode ini telah digunakan sejak abad ke-lima. Sebelum ditemukannya penggunaan suara dan radar untuk mengukur kedalaman laut, para kapten dan awaknya menggunakan cara berbeda untuk mengukur kedalaman lautan. Pelaut akan menggunakan alat yang disebut garis timah. Alat ini pada dasarnya adalah beban timbal yang diikatkan pada tali yang ditandai setiap 6 kaki (depa).
Setiap satu depa ditandai dengan kain atau strip kulit. Seorang anggota kru kemudian akan melempar tali tersebut ke dalam air, dan setelah timbal mencapai dasar laut, pelaut akan mengukur dan mencatat jarak ke dasar laut dengan menggunakan strip pada tali.
2. Sonar
Setelah ditemukan, penggunaan sonar/suara merupakan metode yang paling umum dan tercepat untuk mengukur kedalaman laut. Kapal menggunakan teknologi yang disebut sonar (Sound Navigation and Ranging), dapat memetakan topografi dasar laut. Perangkat mengirimkan gelombang suara ke dasar laut dan mengukur berapa lama gema kembali. “Gema” adalah gelombang suara yang dipantulkan dari dasar laut dan kembali ke perangkat sonar.
Multibeam Echosounders (MBEs), sejenis sonar yang mengirimkan gelombang suara cepat dalam formasi seperti kipas untuk memindai dasar laut, digunakan oleh National Oceanic and Atmospheric Association (NOAA) untuk mengukur kedalaman laut. Kapal yang menggunakan sonar bergerak maju mundur dalam formasi seperti kisi untuk memetakan area tertentu di dasar laut.
3. Radar
Cara berikutnya adalah menggunakan radar. Mirip dengan sonar, radar membutuhkan pengiriman jenis gelombang yang memantulkan objek dan memantulkan kembali. Bedanya, radar menggunakan salah satu bentuk gelombang eletromagnetik yaitu gelombang radio. Kelemahan radar adalah perekamannya tidak secepat sonar, karena gelombang elektromagnetik bergerak lebih lambat di air dibandingkan dengan udara. Kecepatan gelombang radio menjadi berkurang saat bergerak melalui air. Gelombang elektromagnetik lebih ideal untuk pengukuran atmosfer.
4. Radar dan Satelit
Untuk mengatasi kelemahan radar, maka ada metode lain yang menggabungkan radar dengan satelit sebagai cara mengukur kedalaman laut. Pada satelite dipasang sebuah alat yang dinamakan Altimeter Radar. Altimeter radar adalah perangkat yang mengukur jarak dari darat ke udara dengan menghitung waktu yang dibutuhkan gelombang radio untuk dipantulkan dari permukaan kembali ke satelit. Topografi dasar laut yang menonjol ke luar dan ke dalam dengan cara yang sulit dikenali oleh mata kita dipindai oleh altimeter radar sehingga kedalaman laut dapat diketahui lebih akurat. Para peneliti dapat menggunakan data yang diperoleh dari altimeter radar untuk memetakan bagian-bagian lautan. Teknik tersebut telah digunakan pada pesawat ruang angkasa seperti yang mempelajari permukaan Venus.
Dibutuhkan waktu yang sangat lama bagi kapal yang menggunakan metode sonar untuk memetakan bagian dasar laut. Diperlukan waktu hampir 125 tahun untuk memetakan dasar laut sepenuhnya, itupun hanya sebagian kecil lautan di dunia yang dipetakan. Namun karena permukaan laut topografi daratan, maka sudah dapat diketahui secara pasti seperti apa bentuk permukaan dasar laut itu.
Sumber Tulisan
- Dahuri, Rokhman. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Hutabarat, S. dan Stewart Evans, M. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
- Nontji, Anugerah. 1986. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan
- Pond, Stephen and George L Pickard. 1978. Introductory Dynamical Oceanography. Burlinton:Bergamon Press.
= – = – =
Terimakasih atas kunjungannya.
Mohon kritik dan sarannya
Selamat belajar. Semoga bermanfaat.