Puisi Geografi


Puisi Virtal Bumi : Memaknai Hari Bumi

22 April 2021

= – = – =

Bagi semua geograf, orang-orang yang bekerja di bidang geografi hingga para pecinta lingkungan alam, 22 April adalah tanggal yang sakral bagi mereka. Tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Bumi (Earth Day).

Hari Bumi merupakan acara tahunan yang dirayakan di seluruh dunia sebagai dukungan bagi perlindungan lingkungan. Hari Bumi dirancang untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran serta apresiasi manusia terhadap planet yang ditinggalinya yaitu bumi. Hari bumi ini dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat sekaligus seorang pengajar Gaylord Nelson pada tahun 1970. Tanggal ini bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi utara) dan musim gugur di Southern Hemisphere (belahan Bumi selatan).

Sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap hari bumi, Geografi Bisa yang dipelopori oleh guru-guru geografi hebat dari Sumatera Utara antara lain bapak Sofyanto, Mardimpu Sihombing dan Irfan Sanjaya menggelar acara pembacaan puisi secara virtual menggunakan aplikasi zoom meeting.

Sesuai tanggal Hari Bumi, acara ini sedianya akan diikuti oleh 22 guru geografi yang membacakan puisi karya sendiri maupun karya dari orang lain. Namun karena ada beberapa guru yang memiliki jadwal bersamaan dengan kegiatan di sekolah masing-masing maka pembacaan puisi tidak mampu mencapai jumlah tersebut. Meskipun begitu, acara tetap diselenggarakan dan berjalan lancar. Bapak ibu guru Geografi ekolah dan madrasah dari berbagai daerah di Indonesia turut serta berpartisipasi meramaikan acara tersebut.

Sebagai guru geografi saya juga turut berperan serta dalam acara pembacaan Puisi virtual Bumi tersebut. Puisi yang saya bacakan Alhamdulillah merupakan puisi buata saya sendiri yang saya beri judul Kicau Racau Bumi. Sebelum acara tersebut dimulai terlebih dahulu puisi saya rekam dengan screen recorder kemudia saya putar pada saat giliran saya membacakan puisi. Puisi saya dalam menyambut hari bumi ini adalah sebagai berikut :

KICAU RACAU BUMI

Di desa-desa hijau nan permai

Bumi berbinar tersenyum aduhai

Melihat petani rajin menyemai

Panen lancar laksana air berderai

Namun desa hijau perlahan menghilang

Bumi tersentak marah meradang

Melihat ribuan hektar sawah ladang

Berganti gedung milik kaum adigang

Di lembah-lembah nan subur

Bumi tak henti bertasyakur

Melihat manusia hidup dalam makmur

Penuh syukur jauh dari sifat kufur

Namun lembah subur perlahan mengering

Bumi menangis tanpa irama nyaring

Melihat pohon-pohon di puncak menjadi puing

Berganti gazebo-gazebo milik orang asing

Di kota-kota penuh keteraturan

Bumi riang penuh kebahagiaan

Melihat derap laju pembangunan

Proyek-proyek memajukan kemakmuran

Namun kota-kota teratur perlahan luntur

Bumi merasa sesak bercampur baur

Melihat norma dan hukum dianggap sudah uzur

Berganti konsumerisme yang justru dipercaya bernilai luhur

Di pantai-pantai elok nan alamiah

Bumi terlihat begitu sumringah

Melihat laut membiru begitu indah

Pesisir menjaga penuh amanah

Namun pantai elok perlahan punah

Bumi tersedu terbalut amarah

Melihat pantai biru kini telah berubah

Berganti keruhnya limbah dan genangan sampah

Di hutan-hutan melebat hijau

Bumi berbinar dalam kilau

Melihat satwa tak pernah risau

Pepohonan kokoh indah memukau

Namun hutan-hutan itu kini tak lagi syahdu

Bumi tenggelam dalam sedu sendu

Melihat satwa tak lagi bernyanyi merdu

Berganti desing mesin gergaji dan bau residu

Bumi meraung dalam riang sedihnya

Bumi meriang dalam raung sakitnya

Bumi meminta manusia untuk mulai berempati

Bumi mengirim pesan pada kita untuk mulai peduli

Mari mulai belajar lebih peka

Mari mulai selamatkan bumi kita

Mari mulai bersihkan lingkungan kita

Mari mulai dari diri kita

= – = – =

Rekaman puisi tersebut dapat anda lihat dan dengarkan di Channel Youtube saya di sini.

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.