Migrasi Domestik – Urbanisasi
Oleh : Andi Hidayat
= – = – =
Bertambahnya penduduk di suatu negara selain dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan penduduk alami baik kelahiran dan kematian, juga dipengaruhi oleh faktor non alami yaitu migrasi. Migrasi kependudukan adalah berpindahnya penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lainnya baik secara permanen (menetap) maupun non permanen (sementara) karena alasan-alasan tertentu. Contoh alasan misalnya faktor ekonomi seperti mencari pekerjaan, keinginan untuk merubah peruntungan dan lain-lain.
Berdasarkan cakupan wilayah yang dituju migrasi dikelompokkan menjadi 2, yaitu migrasi Internasional (antar negara) dan migrasi domestik (antar wilayah dalam satu negara). Migrasi domestik dikelompokkan menjadi 2 yaitu Transmigrasi dan Urbanisasi. Pada postingan kali ini akan kita bahas tentang Urbanisasi.
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Misalnya penduduk dari desa di Kabupaten Kulonprogo DIY pindah menuju kota Jakarta. Jakarta merupakan kota besar di Indonesia dengan jumlah penduduk besar yang sebagian diperngaruhi oleh banyaknya jumlah pendatang.
Urbanisasi merupakan faktor non alami yang mempunyai 2 sisi yang berlainan bagi wilayah yang dituju dan ditinggalkan. Bagi desa pelaku urbanisasi bersifat mengurangi jumlah penduduk desa yang ditinggalkannya, sedangkan di satu sisi bersifat menambah jumlah penduduk kota yang didatanginya.
Besar kecilnya urbanisasi di suatu negara seperti di Indonesia dipengaruhi beberapa faktor pendorong dari desa yang menyebabkan penduduk desa pergi dan faktor penarik dari kota yang membuat orang desa tertarik untuk pegi ke kota.
Faktor Pendorong Urbanisasi (kondisi desa yang membuat penduduk desa pindah ke kota)
(1) Prasarana sarana kehidupan yang kurang memadai
Sedikitnya prasarana sarana umum yang ada di desa dapat menjadi faktor penyebab yang mendorong penduduk desa pergi keluar dari desanya pindah menuju kota.
Ketiadaan/sedikitnya tempat-tempat perekonomian (misal : pasar), sarana pendidikan (sekolah) dan sarana hiburan bagi sebagian penduduk dapat membuat mereka bosan apalagi generasi muda.
(2) Sedikitnya lapangan kerja di sektor pertanian
Faktor lain yang menyebabkan penduduk desa pindah dan berurbanisasi ke kota adalah sedikitnya lapangan pekerjaan di desa di luar sektor pertanian
Sebagai contoh lapangan kerja di desa selain di sektor pertanian misalnya pertukangan dan jasa angkut perorangan (ojek)
(3) Rendahnya upah pekerja
Jenis dan jumlah lapangan kerja yang sedikit di luar sektor pertanian dan ditambah upah pekerja yang tergolong rendah juga menjadi pendorong orang desa berurbanisasi ke kota
Pada suatu ketika terkadang upah yang didapat oleh pekerja tidak selalu berupa uang tetapi juga barang, misalnya hasil panen.
(4) Ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Generasi muda yang telah lulus satu jenjang sekolah dan ingin melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi terbentur oleh tidak adanya jenjang pendidikan yang dimaksud sehingga mendorong mereka untuk pindah ke kota meneruskan pendidikannya
Sebagai contoh keberadaan lembaga pendidikan tingkat menengah hanya terbatas sampai SMP atau di desa tidak ada PT bagi yang ingin melanjutkan kuliah tentu mereka akan pindah ke kota.
(5) Tekanan Adat
Aturan-aturan tak tertulis dalam adat-istiadat yang mengikat dan membelenggu terkadang menyebabkan anggota masyarakat terutama generasi muda cenderung memberontak sehingga mereka memilih pergi dari desa dan berurbanisasi ke kota.
(6) Menyempitnya lahan pertanian
Luas lahan pertanian yang semakin menyempit (involusi pertanian) karena faktor tradisi seperti pembagian warisan berupa tanah atau karena terdesak oleh pembangunan permukiman juga dapat menjadi faktor yang mendorong masyarakat pindah ke kota
Menyempitnya lahan pertanian berarti ketiadaan lahan garapan untuk meningkatkan produktifitass pertanian. Petani tentu suka jika memilik lahan yang luas karena itu dapat berarti panen akan juga besar. Bandingkan dengan penyempitan lahan pertanian ini, semakin menyempit/sedikit lahan pertanian yang dimiliki oleh penduduk makan hasil panen akan menjadi sedikit .
Faktor Penarik Urbanisasi (kondisi kota yang membuat orang desa tertarik pindah ke kota)
(1) Prasarana sarana kehidupan yang lengkap
Kota adalah tempat yang memiliki prasarana dan sarana lengkap yang dapat memenuhi aneka kebutuhan penduduk. Beberapa contoh kelengkapan prasarana-sarana di perkotaan misalnya adanya gedung-gedung pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perindustrian, pusat pendidikan, pusat hiburan dan prasarana-sarana seperti kemudahan transportasi dan komunikasi.
Kondisi inilah yang menarik penduduk desa untuk berbondong-bondong berdatangan ke kota.
(2) Banyaknya lapangan kerja
Sebagai tempat yang dipenuhi dengan aneka aktifitas diberbagai bidang. Banyaknya aktifitas yang terjadi baik pada siang dan malam membuat kota seperti tempat yang tak pernah istirahat. Kegiatan ekonomi yang menyebar di semua tempat memberikan peluang kepada masyarakat untuk mendapatkan keuntungan. Pada satu titik, kegiatan ekonomi di kota akan membutuhkan tenaga manusia untuk ikut bekerja membangun kesuksesan pembangunan kota.
Kebutuhan tenaga kerja inilah yang menarik minat penduduk yang tinggal di desa-desa di wilayah sekitar kota tersebut berusaha mencari perkerjaan di kota tersebut.
(3) Tingginya nilai upah pekerja
Kota menawarkan banyak lowongan pekerjaan yang bisa didapatkan oleh tidak hanya untuk penduduknya tetapi juga pada penduduk dari daerah lain di sekitarnya. Tetapi tidak hanya banyaknya lowongan kerja saja yang membuat penduduk dari daerah lain berdatangan mencari kerja.
Faktor lain yang berkaitan dengan pekerjaan itu adalah upah yang diperoleh. Dengan iming-iming upah yang tinggi dan lebih tinggi daripada di desa menjadi daya tarik bagi penduduk desa pergi ke kota.
(4) Banyaknya pilihan studi
Kelangkapan pasarana-sarana pendidikan tentu dapat menunjang kelancaran pelaksanaan pendidikan di suatu kota. Banyaknya lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat SD, SMP, SAM hingga ke perguruan tinggi akan menjadi daya tarik generasi muda penduduk desa untuk melanjutkan studinya.
Dari banyaknya lembaga pendidikan mungkin PT atau Perguruan Tinggi adalah lembaga pendidikan yang paling menjadi alasan bagi penduduk desa untuk berurbanisasi ke kota.
(5) Tidak ada adat yang mengikat.
Kota merupakan tempat yang dihuni oleh penduduk yang majemukn (heterogen) , berbeda latar belakang, berbeda suku sehingga adat yang dibawa oleh pendatang tidak dapat diterapkan di masyarakat yang demikian beraneka ragam.
Laju urbanisasi yang besar di suatu negara, seperti di Indonesia dipengaruhi oleg faktor-faktor pendorong dan penarik di atas. Semakin tinggi laju urbanisasi tentu akan membawa dampak yang menguntungkan tetapi juga merugikan antara desa dengan kota. Berikut ini adalah dampak negatid urbanisasi.
Dampak Negatif Urbanisasi Bagi Kota
(1) Ledakan penduduk kota
Jumlah penduduk kota yang besar dengan sendirinya akan berdampak pada tingginya pertumbuhan penduduk alami, yaitu bertambahnya penduduk kota oleh faktor tingginya angka kelahiran dan rendahnya angka kematian.
Selain faktor alamiah tersebut, faktor non alamiah yaitu migrasi turut menyumbang pada tingginya laju pertumbuhan penduduk di kota. Kota bertambah padat karena banyaknya pendatang dari daerah lain yang mengadu nasib sedangkan penduduk yang pindah keluar ke tempat lain sedikit. Bayangkan fenomena itu terjadi terus secara kontinyu.
(2) Munculnya Gelandangan dan Pengemis
Kota merupakan tempat yang menjanjikan banyaknya lapangan kerja, tetapi bukan berarti semua orang yang membutuhkan pekerjaan akan mendapatkannya. Dibutuhkan skill dan kecakapan kerja yang cukup untuk dapat bersaing mendapatkan pekerjaan apalagi bidang pekerjaan di sektor formal yang mensyaratkan kualifikasi pendidikan tertentu.
Para pencari pekerjaan yang tidak mampu memenuhi kualifikasi akan terdesak. Mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan akan bertahan hidup dengan cara apapun salah satunya adalah dengan menjadi gelandangan dan pengemis (Gepeng)
(3) Munculnya Kawasan Kumuh (Slump Area)
Urbanisasi menyebabkan jumlah penduduk di kota semakin padat. Hal ini berdampak pada harga lahan yang naik membumbung tinggi. Tidak semua penduduk di kota baik penduduk asli maupun pendatang memiliki kemampuan untuk membeli lahan permukiman karena harga yang demikian mahal.
Mereka yang tidak mampu membeli lahan untuk permukiman atau sekedar menyewa kontrakan/rumahsusun akhirnya membuat rumah-rumah non permanen di daerah-daerah tertentu seperti pinggiran jalur kereta, pinggiran sungai dan lain lain. Lama kelamaan rumah-rumah non permanen itu menjadi bertambah dan akhirnya membentuk kawasan kumuh (slump area) yang tidak memenuhi standar kesehatan.
(4) Meningkatnya Tindak Kriminalitas
Kota menawarkan aneka ragam jenis pekerjaan yang ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan kerja semua orang. Meskipun lapangan kerja banyak tetapi pencari kerja yang membutuhkan pekerjaan lebih banyak sehingga memberikan masalah baru yaitu pengangguran.
Banyak pengangguran akan berusaha apapun untuk dapat bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan kota, tetapi terkadang ada yang bertahan dengan cara-cara yang tidak baik dan merugikan orang lain.
(5) Kemacetan dan Kebisingan
Laju urbanisasi yang tinggi menyebabkan jumlah penduduk kota semakin bertambah padat. Kepadatan yang tinggi menyebabkan kegiatan transportasi akan mencapai puncaknya pada jam-jam tertentu yang menyebabkan terjadinya kemacetan lalulintas dan kebisingan.
Selain itu aktifitas industri yang menggunakan mesin juga turut menyebabkan kebisingan bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar industri tersebut.
(6) Pencemaran
Banyaknya kendaraan yang lalu lalang setiap hari, banyaknya kegiatan-kegiatan industri yang menggunakan mesin menjalankan aktifitas setiap harinya selain menimbulkan kemacetan dan lalulintas juga menimbulkan masalah yang lain, yaitu pencemaran.
Pencemaran di kota dapat berupa pencemaran udara yang dihasilkan oleh asap-asap kendaraan bermotor dan cerobong-cerobong pabrik, dapat juga pencemaran air dan lahan yang disebabkan oleh adanya insutri yang membuang limbah secara sembarangan tanpa mengindahkan kelestarian dan kesehatan lingkungan
Dampak Negatif Urbanisasi Bagi Desa
(1) Sulitnya Mencari Tenaga Kerja Produktif dan Terdidik
Generasi muda di desa banyak yang meninggalkan desanya pergi menuju ke kota untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti Perguruan Tinggi karena jenjang pendidikan tersebut tidak ada di desanya, dengan tujuan untuk mendapatkan bekal ilmu pengetahuan yang cukup dan ijazah formal yang dapat digunakan untuk mencari pekerjaan di masa depan.
Namun kadang yang terjadi setelah mereka lulus mereka tidak pulang kembali ke desanya dan memilih mencari pekerjaan di kota, sehingga desa menjadi kekurangan tenaga kerja terdidik yang dibutuhkan untuk membangun wilayahnya.
(2) Lahan Pertanian Tidak Terurus
Banyak penduduk desa yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan demi menghidupi keluarganya dan bisa meningkatkan taraf hidupnya.
Hal ini berdampak pada tidak terurusnya lahan pertanian di desa. Kegiatan pertanian menjadi terbengkelai sehingga produktifitas tanah dan produktiftas pertanian menjadi menurun. Pada saat musim tanam karena pengerjaan lahan, perawatan tanaman yang kurang menyebabkan hasil panen menjadi berkurang bahkan gagal.
(3) Pembangunan Desa Terhambat
Banyaknya penduduk desa yang berurbanisasi menyebabkan aneka kegiatan pembangunan di desa menjadi terhambat sehingga pembangunan desa berjalan tidak lancar dan tidak dapat selesai tepat waktu sesuai dengan program yang sudah direncanakan.
Kegiatan gotong-royong yang biasa dilakukan penduduk desa juga menurun gregetnya karena meskipun dilakukan tetapi karena banyak yang pergi ke kota maka tidak banyak warga yang datang ikut berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong tersebut.
(4) Perubahan Gaya Hidup
Kehidupan glamour di kota menawarkan aneka macam peradaban, budaya dan gaya hidup yang menarik bagi penduduk desa yang berurbanisasi. Beberapa hal yang ditawarkan kota, misalnya gaya hidup memiliki kecenderungan dapat membuat pendatang (penduduk desa) terpengaruh dan akhirnya mengikutinya dan akhirnya meninggalkan gaya hidup mereka terdahulu.
Salah satu yang bersifat memberikan dampak negatif bagi desa adalah gaya hidup konsumtif. Banyaknya produk-produk yang ditawarkan mendorong para pendatang untuk membelinya tanpa melihat kebutuhannya mendesak atau tidak. Gaya hidup hedonis yang mementingkan penampilan fisik membuat pendatang berusaha merubah penampilan mereka yang pada awalnya sederhana menjadi penampilan yang cenderung mewah bahkan glamour.
Pada saat mudik ke desa di waktu liburan gaya hidup ini secara tak sadar mereka bawa ke desa asal dan mempengaruhi banyak penduduk lain di desa.
.
Sumber Tulisan :
- Mantra, Ida Bagus. 2011. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
- Ruhimat, Mamat. 2016. Geografi Penduduk. Yogyakarta : Ombak
- Siswono, Eko. 2015. Demografi. Yogyakarta : Ombak
- Wesnawa, I Gede Astra. 2015. Geografi Permukiman. Yogyakarta : Graha Ilmu
- Yunus, HS. 1982. Geografi Permukiman dan Beberapa Masalah Permukiman di Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu
= – = – =
Terimakasih atas kunjungannya.
Mohon kritik dan sarannya
Selamat belajar. Semoga bermanfaat.