Tenaga Endogen – Vulkanisme 02


Karakteristik Letusan/Erupsi Gunung Api

Oleh : Andi Hidayat

= – = – =

Gunung api yang terdapat di seluruh permukaan bumi memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan cenderung khas jika dilihat dari tipe letusannya. Pada suatu tempat ada gunung api pada saat meletus tidak berpotensi membahayakan penduduk yang hidup disekitarnya, tetapi di tempat lain terdapat gunung api yang pada saat meletus maka penduduk yang tinggal di sekitarnya harus mengungsi dan menyelamatkan diri dari bahaya letusan.

Berdasarkan jenis letusannya gunung api digolongkan menjadi 2 tipe, yaitu :

  1. Gunung api dengan letusan efusif, yaitu gunung api dengan kekuatan letusan lemah. Letusan yang terjadi berupa leleran lava yang bergerak lambat menuju lereng. Contohnya adalah gunung Killauea di kepulauan Hawaii
  2. Gunung api dengan letusan eksplosif, yaitu gunung dengan kekuatan letusan yang besar. Kekuatan letusan gunung ini dapat melontarkan partikel-partikel gunung api ke atmosfer. Contohnya adalah gunung Kelud di propinsi Jawa Timur Indonesia.

Gunung api memiliki kekuatan letusan yang berbeda-beda dengan gunung api lain. Kekuatan letusan gunung api dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

  1. kekentalan (viskositas) magma
  2. kedalaman dapur magma
  3. tekanan gas
  4. jenis material yang dikeluarkan

Begitu bervariasinya kekuatan letusan gunung api maka oleh para ahli vulkanologi digolongkan dalam 6 tipe utama, antara lain :

a. Tipe Hawaii

Nama Hawaiian berasal dari Hawaii, Amerika Serikat. Gunung di Hawaii memiliki karakteristik letusan yang bersifat efusif (mengalir). Lava yang dikeluarkan oleh gunung ini bersifat basaltis atau encer sehingga debu vulkanik yang dihasilkan juga sedikit. Biasanya tipe letusan ini menghasilkan gunung api berbentuk perisai (shield).
Gunung api dengan tipe ini contohnya adalah Gunung Kilauea

b. Tipe Stromboli

Istilah stromboli berasal dari Gunung Stromboli, Italia. Tipe ini disebabkan oleh gas yang berkumpul dan menyatu sehingga menjadi gelembung yang besar. Perbedaan tekanan kemudian menyebabkan gelembung tadi pecah sehingga melontarkan magma ke udara seperti gelembung sabun.
Lavanya bersifat lebih kental dari tipe Hawaiian sehingga lebih eksplosif. Tipe ini biasanya bersifat episodik dan merupakan tipe erupsi yang lazim ditemukan di Indonesia. Beberapa contoh gunung api yang memiliki tipe erupsi Strombolian adalah Gunung Raung, Jawa Timur

c. Tipe Vulkan

Tipe erupsi ini berasal dari magma yang lebih kental (viscous) dan bersifat andesitik hingga riolitik. Sifat magma ini menyebabkan gas yang terbentuk lebih sulit untuk keluar dari magma menghasilkan keadaan bertekanan tinggi di bagian atas gunung tersebut. Ketika meletus, selain lava dan debu vulkanik yang dilepaskan ke udara, terdapat bagian atas dari gunung api yang juga ikut terlempar.

Karakter dari material vulkanik juga berukuran besar berukuran sentimeter hingga meter. Dalam geologi, ukuran ini disebut sebagai bom jika berbentuk membundar dan blok jika berbentuk menyudut. Vulcanian ini berasal dari nama Gunung Vulcano yang terletak di Italia. Beberapa contoh gunung yang memiliki tipe erupsi Vulcanian adalah Gunung Bromo, Jawa Timur dan Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

d. Tipe Plinian

Tipe erupsi Plinian memiliki ciri yang sama dengan tipe erupsi Strombolian dan Vulcanian. Perbedaannya terletak pada durasi letusan di mana letusan Strombolian dan Vulcanian membentuk suatu jeda waktu dan bersifat periodik, sedangkan tipe Plinian membentuk kolom abu vulkanik yang dapat bertahan lama.
Kolom abu vulkanik dipertahankan dan dikontrol oleh perkembangan gas yang bergerak ke atas dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan pergerakan magma. Tipe ini merupakan tipe erupsi yang paling berbahaya karena memiliki indeks eksplosif (volcanic explosivity index atau VEI) berkisar 6-8.
Contoh gunung api yang meletus dengan tipe Plinian adalah gunung St. Helens

e. Tipe Peleean

Peleean diambil dari nama Gunung Pelee yang terletak di daerah Martinique. Pada tahun 1902, letusan gunung ini menghilangkan 26.000 jiwa penduduk serta menghancurkan Kota St. Piere. Letusan ini dicirikan dengan adanya aliran piroklastik (pyroclastic flow) atau dikenal sebagai nue ardente. Di Indonesia, fenomena seperti ini dikenal sebagai “wedhus gembel”.
Aliran ini merupakan aliran atau longsoran (material collapse) dari debu vulkanik panas dari lubang gunung api secara cepat. Hal ini menyebabkan tipe erupsi ini merupakan tipe erupsi yang berbahaya. Gejala seperti ini pernah terlihat di Indonesia, salah satunya di Gunung Sinabung, Sumatera Utara.

f. Tipe Islandia

Tipe Islandia memiliki letusan jenis hidromagmatik dimana magma berinteraksi dengan. Letusan ini sering terjadi pada jenis gunung api bawah laut yang tumbuh hingga mencapai permukaan laut kemudia meledak dan menghasilkan pulau vulkanik. Contohnya adalah terbentuknya pulau Susrtsey di Islandia pada 1963-1965. Selain itu gunung tipe letusan Islandia ini berbentuk linear atau memanjang.

Beberapa contoh gambar di atas adalah letusan-letusan gunung api yang memiliki tipe letusan yang sesuai dengan penjelasannya. Akan tetapi jika kita melihat langsung letusan suatu gunung api dari proses awal meletus sampai selesai maka kita kesulitan untuk mendeteksi termasuk tipe letusan apakah gunung tersebut.

Secara sederhana, perbedaan tipe-tipe letusan dapat dilihat pada gambar model-model letusan berikut ini.

Sumber Tulisan

  1. Putuhuru, Ferad. 2015. Geologi Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
  2. Mulyaningsih, Sri. 2010. Pengantar Geologi Lingkungan. Yogyakarta : Panduan
  3. Noor, Djauhari. 2010. Geomorfologi. Bogor : Universitas Pakuan
  4. Soetoto. 2013. Geologi Dasar. Yogyakarta : Penerbit Ombak
  5. Sunaedi, Nedi. 2002. Geomorfologi Umum. Tasikmalaya : Prodi FKIP Universitas Siliwangi

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.