Struktur Ruang Kota 03


Teori Keruangan Kota – Teori Sektoral – Hommer Hoyt

Pola Keruangan Kota

= – = – =

Pertumbuhan dan perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alamiah dan faktor sosial wilayah, serta kebijakan pemerintah. Faktor alamiah yang mempengaruhi perkembangan kota antara lain lokasi, fisiografi, iklim, dan kekayaan alam yang terkandung di daerah tersebut. Termasuk dalam faktor sosial di antaranya kondisi penduduk dan fasilitas sosial yang ada. Adapun kebijakan pemerintah menyangkut penentuan lokasi kota dan pola tata guna lahan di wilayah perkotaan tersebut.

Kenampakan penggunaan ruang perkotaan adalah keanekaragaman fungsi tanah sebagai cerminan dari keanekaragaman kebutuhan warga kota terhadap berbagai jenis fasilitas kehidupan. Penggunaan tanah akan menjadi salah satu karakter kota, sebagai hasil perpaduan antara kondisi fisik seperti topografi, morfologi, hidrografi, dan kondisi sosial seperti sejarah, ekonomi warga kota, budaya, pemerintah dan keterbukaan kota terhadap daerah lainnya. Segmentasi ruang dalam kota sangat tergantung pada: lokasi kota, karakteristik fisik, kebijakan penggunaan lahan, dan kondisi sosial ekonomi penduduk.

 

Teori keruangan kota yang berikutnya dikemukakan oleh Homer Hoyt (1930) yang disebut teori sektoral (sector theory). Menurut teori ini, struktur ruang kota cenderung lebih berkembang berdasarkan sektor-sektor daripada berdasarkan lingkaran-lingkaran konsentrik. PDK atau CBD terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya berkembang menurut sektor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue tart. Hal ini dapat terjadi akibat faktor geografi seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi.

Menurut Homer Hoyt, kota tersusun sebagai berikut:

  1. CBD (Central Business Distric), terletak pada lingkaran dalam terletak pusat kota yang terdiri atas: bangunanbangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan pusat perbelanjaan;
  2. Zona Transportasi dan Industri, pada sektor ini terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan. Disebut juga zona grosir dan manufaktor (zona transisi).
  3. Zona Permukiman Kelas Rendah, di dekat pusat kota dan dekat sektor di atas, yaitu bagian sebelahnya terdapat sektor permukiman kelas renda, yang merupakan tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh;
  4. Zona Permukiman Kelas Menengah, agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor yang menjadi permukiman kelas menengah;
  5. Zone Permukiman Kelas Tinggi, lebih jauh lagi terdapat sektor permukiman kelas tinggi, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas. Sektor ini memiliki akses langsung ke CBD.

Teori Sektoral ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :

  1. Hanya jalur kereta api yang dipertimbangkan untuk pertumbuhan sektor dan tidak memungkinkan jalur kendaraan pribadi.
  2. Ini adalah representasi kota yang monosentris; beberapa pusat bisnis tidak diperhitungkan dalam model ini.
  3. Fitur fisik dapat membatasi atau mengarahkan pertumbuhan di sepanjang irisan tertentu.
  4. Tidak ada referensi untuk pengembangan luar kota.

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.