El Nino – La Nina


Fenomena El Nino – La Nina dan Dampaknya Bagi Kehidupan

Atmosfer

= – = – =

Wilayah Indonesia berdasarkan iklim matahari merupakan wilayah beriklim tropis. Wilayah ini mengalami dua musim, yaitu musim hujan pada bulan Oktober – Maret. Puncaknya musim hujan terjadi pada bulan Desember – Februari yang bertepatan dengan periode angin musim dari Asia, bersesuaian dengan musim dingin di Asia.

Sedangkan pada bulan April – September wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau. Puncak musim kemarau ini terjadi pada bulan Juni – Agustus, yang bertepatan dengan angin musim dari Australia, bersesuaian dengan musim dingin di Australia. Panjang atau lamanya musim dan jumlah curah hujan dalam satu musim tidak selalu sama. Hal ini menunjukkan bahwa musim di Indonesia tidak hanya dibentuk oleh angin monsoon, namun ada faktor lain seperti fenomena global El Nino dan La Nina.

Kata El Nino dan La Nina berasal dari bahasa spanyol. El Nino, artinya bayi laki-laki, sedangkan La Nina artinya anak perempuan kecil. Dalam dunia meteorologi dan oseanologi, pengertian El Nino adalah menghangatnya suhu muka laut di atas rata-rata di daerah Pasifik Timur dan Pasifik Tengah. Sebaliknya, La Nina adalah mendinginnya suhu muka laut di bawah ratarata di daerah Pasifik Timur dan Pasifik Tengah sekitar khatulistiwa.

Peristiwa tersebut disertai perubahan perbedaan tekanan antara Tahiti dan Darwin yang selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan suatu indeks yang disebut Indeks Osilasi Selatan (IOS). Nilai anomali (penyimpangan) suhu muka laut di kawasan Pasifik Timur dan IOS oleh para ahli meteorologi dijadikan indikator untuk mengenali aktifnya El Nino dan La Nina.

Indeks Osilasi Selatan (IOS), yaitu indeks yang diperoleh dari normalisasi beda tekanan udara antara Tahiti dan Darwin. Jika bernilai tinggi (positif), pertanda kuatnya angin pasat. Keadaan ini umumnya bertepatan dengan periode La Nina aktif. Sebaliknya, jika nilai IOS rendah (negatif) bersesuaian dengan melemahnya angin pasat. Keadaan ini umumnya bertepatan dengan aktifnya El Nino (ENSO atau El Nino Southern Oscillation).

Lalu apa pengaruhnya El Nino dan La Nina bagi kehidupan, terutama daerah di dekatnya yang terkena dampak langsung dari aktivitasnya? Untuk lebih jelasanya mari kita pahami gambaran berikut ini.

1. Pola Cuaca Normal

Dalam keadaan normal angin pasat berembus dari timur melintasi Samudera Pasifik. Hal ini menyebabkan air hangat dari Pasifik Tengah terdorong ke arah barat. Air hangat ini terkumpul di sepanjang garis pantai Australia sebelah utara, dan juga mengalir ke perairan Indonesia. Terbentuklah awan di atas air yang hangat ini. Awan-awan ini membawa hujan apabila bergerak di atas Australia dan Indonesia.

.

2. El Nino

El Nino menyebabkan pola cuaca normal mengalami pergeseran. Angin pasat tenggara melemah sehingga arus laut hangat yang biasanya sampai di bagian barat Samudra Pasifik kembali ke timur. Sebenarnya, pola Sirkum El Nino sama dengan pola cuaca normal, hanya arah alirannya terbalik. Keadaan ini menyebabkan angin pasat yang kaya uap air dan berpotensi mendatangkan banyak hujan tidak sampai wilayah Asia dan Australia, sehingga menimbulkan kekeringan hebat di wilayah ini, termasuk Indonesia. Angin pasat yang kembali ke arah timur dengan membawa banyak uap air menyebabkan hujan sangat lebat di wilayah Amerika selatan, seperti Peru dan Ekuador. Bahkan, gurun di wilayah ini mengalami banjir dan tanah longsor. 

Sejak tahun 1980 telah terjadi beberapa kali peristiwa El Nino di Indonesia, yaitu pada tahun 1982, 1991, 1994, 1997/1998, 2002, 2004 dan 2006. El Nino tahun 1997/1998 merupakan El Nino terparah yang menyebabkan kemarau panjang, kekeringan luar biasa, terjadi kebakaran hutan yang hebat pada berbagai pulau, dan produksi bahan pangan turun drastis, yang kemudian disusul krisis ekonomi.


El Nino juga menyebabkan kekeringan luar biasa di berbagai benua, terutama di Afrika sehingga terjadi kelaparan di Etiopia dan negara-negara Afrika Timur lainnya. Sebaliknya, bagi negara-negara di Amerika Selatan munculnya El Nino menyebabkan banjir besar dan turunnya produksi ikan karena melemahnya
upwelling.

.

3. La Nina

Sifat dari La Nina berlawanan dengan El Nino. Peristiwa itu dimulai ketika El Ninomulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru, Ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali. Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino.

Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air, sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La Nina, karena mungkin bisa terjadi banjir

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa El Nino dan La Nina memberikan dampak yang berlawanan antara wilayah benua Asia dan Australia dengan wilayah Amerika Selatan. Saat terjadi El Nino wilayah Asia dan Australia mengalami kekeringan sedangkan wilayah Amerika Selatan mengalami banjir. La Nina menyebabkan Asia dan Australia mendapatkan curah hujan berlebi yang dapat menyebabkan banjir sedangkan Amerika Selatan justru mengalami kekeringan.

.

Sumber Tulisan :

  1. Daldjoeni, N. 2014. Pokok-pokok Klimatologi. Yogyakarta : Ombak
  2. Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta : Kanisius
  3. Heriawan, Nandang. 2006. Cuaca dan Iklim. Tasikmalaya : Prodi FKIP Universitas Siliwangi
  4. Siswanto, Eko. 2015. Ekologi Sosial. Yogyakarta : Ombak
  5. Soedomo, Mustikahadi. 2001. Pencemaran Udara. Bandung : ITB Press
  6. Wardhana, Wisnu Aryo. 2010. Dampak Pemanasan Global. Yogyakarta : Andi Offset.

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.