Kelahiran (Natalitas)


Natalitas (Kelahiran)

Oleh : Andi Hidayat

= – = – =

Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang bersifat menambah jumlah penduduk dan faktor yang bersifat mengurangi jumlah penduduk. Faktor yang bersifat menambah jumlah penduduk di suatu wilayah adalah kelahiran dan migrasi masuk, sedangkan faktor yang bersifat mengurangi adalah kematian dan migrasi keluar. Pada tulisan ini kita akan membahasa mengenai salah satu faktor yang bersifat menambah jumlah penduduk yaitu kelahiran (natalitas).

Kelahiran (natalitas) adalah peritiswa lahir/keluarnya bayi dari rahim ibunya baik melalui proses persalinan secara normal maupun lewat operasi secara medis.

Kelahiran ada 2 macam, antara lain :

  1. Lahir Hidup, yaitu bayi yang dilahirkan dalam kondisi hidup yang ditandai dengan adanya tanda-tanda kehidupan seperti adanya gerakan pada bagian tubuh (tangan, kaki, kepala) detak jantung, denyut nadi dan hembusan nafas.
  2. Lahir Mati, yaitu bayi yang dilahirkan dalam kondisi sudah dalam kondisi mati atau tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti gerakan bagian tubuh, detak jantung, denyut nadi dan hembusan nafas. Bayi yang lahir dalam kondisi telah meninggal tidak diperhitungkan sebagai kelahiran dalam fertilitas.

Tinggi rendahnya jumlah kelahiran akan berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk di suatu wilayah. Jika jumlah kelahiran tinggi maka akan berdampak pada pertumbuhan penduduk yang juga tinggi, sebaliknya jika jumlah kelahirn rendah maka akan berdampak pada pertumbuhan penduduk yang juga tergolong rendah.

Beberapa faktor yang menunjang tingginya tingkat kelahiran di suatu wilayah/negara menurut Sumber Belajar Kemdikbud adalah :

1)
Kepercayaan dan agama
Faktor kepercayaan mempengaruhi orang dalam penerimaan KB. Ada agama atau kepercayaan tertentu yang tidak membolehkan penganutnya mengikuti KB. Dengan sedikitnya peserta KB berarti kelahiran lebih banyak dibanding bila peserta KB banyak.
2)
Tingkat pendidikan
Semakin tinggi orang sekolah berarti terjadi penundaan pernikahan yang berarti pula penundaan kelahiran. Selain itu pendidikan mengakibatkan orang merencanakan jumlah anak secara rasional.
 
3)
Kondisi perekonomian
Penduduk yang perekonomiannya baik tidak memikirkan perencanaan jumlah anak karena merasa mampu mencukupi kebutuhannya. Jika suatu negara berlaku seperti itu maka penduduknya menjadi banyak.
 
4)
Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah mempengaruhi apakah ada pembatasan kelahiran atau penambahan jumlah kelahiran. Selain itu kondisi pemerintah yang tidak stabil misalnya kondisi perang akan mengurangi angka kelahiran.
 
5)
Adat istiadat di masyarakat
Kebiasaan dan cara pandang masyarakat mempengaruhi jumlah penduduk. Misalnya nilai anak, ada yang menginginkan anak sebanyak-banyaknya, ada yang menilai anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan atau sebaliknya, sehingga mengejar untuk mendapatkan anak laki-laki atau sebaliknya.
 
6)
Kematian dan kesehatan
Kematian dan kesehatan berkaitan dengan jumlah kelahiran bayi. Kesehatan yang baik memungkinkan bayi lebih banyak yang hidup dan kematian bayi yang rendah akan menambah pula jumlah kelahiran.
 
7)
Struktur Penduduk
Penduduk yang sebagian besar terdiri dari usia subur, jumlah kelahiran lebih tinggi dibandingkan yang mayoritas usia non produktif (misalnya lebih banyak anak-anak dan orang-orang tua usia).

.

Sumber Tulisan :

  1. Mantra, Ida Bagus. 2011. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
  2. Ruhimat, Mamat. 2016. Geografi Penduduk. Yogyakarta : Ombak
  3. Siswono, Eko. 2015. Demografi. Yogyakarta : Ombak
  4. Wesnawa, I Gede Astra. 2015. Geografi Permukiman. Yogyakarta : Graha Ilmu
  5. Yunus, HS. 1982. Geografi Permukiman dan Beberapa Masalah Permukiman di Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.