Pendekatan Ekologi


Analisis Ekologi Dalam Mengkaji Fenomena Geografi

Pengetahuan Dasar Geografi

= – = – =

Untuk mempelajari suatu fenomena/gejala/peristiwa geosfer baik peristiwa alam maupun non alam, Geografi memiliki 3 macam pendekatan yang berciri khas Geografi yaitu pendekatan Keruangan (Spatial Approach), pendekatan Lingkungan (Ecologycal Approach), dan pendekatan Kewilayahan/Kompleks Wilayah (Regional Complex Approach).
Ketiga pendekatan tersebut dapat digunakan secara terpadu dalam mengkaji permasalahan Geografi atau dalam kondisi tertentu cukup menggunakan salah satu saja.
Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam mengkaji fenomena alam/non alam secara Geografis adalah pendekatan Lingkungan. Pendekatan Lingkungan adalah pendekatan untuk mengkaji fenomena geografi dengan memperhatikan faktor interaksi antar organisme dan organisme dengan lingkungannya.

Fokus utama pendekatan yang diadaptasi dari ilmu biologi ini menekankan pada faktor aktifitas manusia yang merubah susunan keruangan. Bentuk aktifitas manusia terjadi dalam bentuk interaksi antar manusia dan interaksi antara manusia dengan lingkungan.

Baca Juga : Pendekatan GeografiPendekatan Keruangan-TopikalPendekatan Keruangan-Aktifitas ManusiaPendekatan Keruangan-RegionalPendekatan Lingkungan, Pendekatan Kewilayahan.

Contoh fenomena geosfer yang dikaji dengan pendekatan lingkungan misalnya adalah :

Tingginya Produktifitas Pertanian Di Pulau Bali

Siapa yang tak tahu dengan Bali, salah satu pulau di wilayah Indonesia yang memiliki pesona alam dan budaya yang luar biasa. Pesona hebat tersebut membuat pulau ini begitu terkenal di dunia dan membuat banyak orang dari negara lain berduyun-duyun untuk menyaksikan keindahan Bali. Hal ini menyebabkan potensi Bali di bidang pariwisata begitu maju pesat dan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang besar.
Pertumbuhan penduduk dan kegiatan industri pariwisata yang begitu pesat di pulau Bali pada satu sisi membuat banyak terjadi alih fungsi lahan. Salah satu yang terkena imbas adalah alih fungsi lahan pertanian ke bentuk aktifitas lahan yang lain menyebabkan terjadinya penyempitan lahan pertanian. Namun siapa sangka produktifitas pertanian di pulau Bali tetap tinggi. Berdasarkan data BPS tahun 2018, Bali merupakan daerah dengan rata-rata produktifitas pertanian tertinggi di Indonesia yang hampir mencapai 6 ton perhektare GKG (Gabah Kering Giling).
Tingginya produktifitas pertanian di Bali tersebut dalam ilmu Geografi jika dikaji dengan pendekatan Lingkungan adalah dengan memperhatikan :

  • Faktor Aktifitas Manusia Dengan Lingkungan (Alam) Dalam Mengolah Lahan Pertanian Di Bali.

Lahan pertanian di pulau Bali banyak tersebar di bagian utara pada daerah tersebut merupakan daerah surplus pertanian. Dari gambar peta Daya Dukung Lahan Pertanian dan Ekonomi berikut ini dapat diketahui wilayah surplus daya dukung pertanian mayoritas terdapat di kabupaten Buleleng. Daya dukung yang surplus ini mengindikasikan tingginya potensi wilayah tersebut untuk kegiatan pertanian.

Kemudian berdasarkan peta morfologi pulau Bali berikut ini diketahui sebagian besar wilayah yang memiliki surplus daya dukung pertanian di buleleng memiliki topografi kasar dengan kemiringan lereng menghadap ke laut Bali.

Kondisi topografi yang kasar dengan banyaknya relief-relief permukaan bumi yang memiliki sudut kemiringan besar berpotensi menyebabkan tingginya proses erosi pada lapisan tanah bagian atas. Padahal lapisan tanah bagian atas adalah lapisan tanah  yang penting untuk kegiatan pertanian dengan banyaknya humus dan kandungan unsur hara didalamnya. Untuk mengurangi laju erosi permukaan tanah maka sistem penanaman di lahan pertanian di Bali dibuat mengikuti garis kontur (contour farming) dan dan lahan pertanian dimekanisasi dengan dibuat berundak-undak (terasering).

Agar produktifitas pertanian tinggi petani juga menerapkan standar-standar peningkatan hasil pertanian secara intesif, misalnya dengan pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah, pemberian pupuk dan sebagainya. Salah satu usaha peningkatan produktifitas pertanian di bali adalah dengan sistem irigiasi terstruktur yang disebut dengan Subak.

Berbagai cara pengolahan lahan pertanian tersebut menyebabkan produktifitas pertanian di Bali memiliki rata-rata tertinggi di Indonesia. Cara-cara pengolahan lahan tersebut dalam pendekatan Lingkungan ilmu Geografi merupakan bentuk aktifitas manusia terhadap alam atau lingkungan sekitarnya.

  • Faktor Interaksi Antar Manusia Dalam Mengelola Dan Meningkatkan Produktifitas Pertanian Di Bali

Metode pengairan sawah tradisional di Bali (SUBAK) begitu terkenal di dunia dan oleh UNESCO ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.
Subak tidak hanya berupa bentuk interaksi manusia dengan lingkungan dalam usaha meningkatkan produktifitas lahan pertanian, tetapi juga merupakan bentuk interaksi antar manusia (dalam hal ini petani) di Bali untuk bekerjasama agar hasil pertanian tetap tinggi.


Subak adalah sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat petani di Bali yang khusus mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Subak adalah suatu lembaga sosial masyarakat di daerah pertanian di Bali.

Dalam Subak dibentuk struktur kepengurusan yang terdiri atas :

Pengurus :

      1. Pakaseh/Kelian (Kepala Subak)
      2. Pangliman/Petajuh (Wakil Kepala Subak)
      3. Penyarikan/Juru Tulis (Sekretaris Subak)
      4. Petengen/Juru Raksa (Bendahara)
      5. Kasinoman/Jura Arah/Juru Uduh/Juru Tibak (Kehumasan)
      6. Pemangku (Urusan Ritual Adat)

Kelompok (Sekaa)

      1. Sekaa Numbeg (kelompok yang mengatur hal pengolahan tanah)
      2. Sekaa Jelinjingan (kelompok yang mengatur pengolahan air)
      3. Sekaa Sambang (kelompok yang mengawasi air dari pencurian, menangkap binatang perusak/hama)
      4. Sekaa Memulih/nandur (kelompok yang bertugas dalam hal penanaman bibit padi)
      5. Sekaa Mejukut (kelompok yang bertugas menyiangi padi)
      6. Sekaa Manyi (kelompok yang bertugas menuai/memotong/mengetam padi)
      7. Sekaa Bleseng (kelompok yang bertugas mengangkut hasil panen dari sawah ke lumbung)

Melalui sistem Subak, para petani medapatkan bagian air sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh musyawarah dari warga/krama subak dan tetap dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana (Tiga Penyebab Kebahagiaan dan Kesejahteraan). Maka dari itu, kegiatan dalam organisasi/perkumpulan Subak tidak hanya meliputi masalah pertanian atau bercocok tanam saja, tetapi juga meliputi masalah ritual dan peribadatan untuk memohon rejeki dan kesuburan.

Organisasi Subak merupakan organisasi otonom yang terdapat di setiap wilayah pertanian di Bali. Dalam kajian ilmu Geografi, pendekatan Lingkungan yang digunakan untuk menganalisis Subak ini menekankan pada interaksi antar manusia (petani) dalam usahanya meningkatkan produktifitas pertanian.

= – = – =

Untuk memahami pendekatan ekologi dalam bentuk presentasi video dapat anda klik icon menuju link Youtube berikut ini.

Sumber Tulisan

  1. Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Bandung : Alumni
  2. Hermawan, Iwan. 2009. Geografi Sebuah Pengantar. Bandung : Private Publishing
  3. Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni
  4. Sya, Ahman. 2011. Pengantar Geografi. Bandung : LPPM Bina Sarana Informatika
  5. Suharyono dan Moch. Amien. 2013. Pengantar Filsafat Geografi : Yogyakarta : Ombak
  6. Yunus, H.S. 2008. Konsep Dan Pendekatan Geografi : Memaknai Hakekat Keilmuannya. Disampaikan dalam sarasehan Forum Pimpinan Pendidikan Tinggi Geografi Indonesia. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.

4 thoughts on “Pendekatan Ekologi

  1. Restu

    Sangat bagus Pak Andi. Pendekatan kelingkungan biasanya di ulas dg kalimat negatif berkaitan dg peranan manusia. Padahal kan tidak selalu demikian.
    Selamat, terus berkarya, sukses selalu…

Komentar ditutup.