Potensi Lahan 02


Lahan Kritis dan Usaha-usaha Perbaikannya

Pedosfer

= – = -=

Setiap jenis tanah memiliki daya dukung yang berbeda-beda dibandingkan dengan jenis tanah yang lain. Perbedaan daya dukung tersebut tentu juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kehidupan manusia. Sebagai contoh ada suatu lahan pertanian memiliki jenis tanah dengan kesuburan yang tinggi dan cocok untuk kegiatan pertanian sehingga dengan pengelolaan yang baik dapat menghasilkan produktivitas hasil panen yang tinggi. Namun ada pula lahan pertanian yang memiliki jenis tanah dengan tingkat kesuburan rendah sehingga menghasilkan panen yang lebih sedikit bahkan sangat sedikit daripada tanah yang subur tadi.

Lahan kritis sering disebut dengan lahan yang tidak produktif karena meski sudah dikelola tetap saja produktivitas lahannya rendah. Jika ditanami pun hasilnya akan lebih kecil daripada modal yang dikeluarkan. Keadaan tersebut membuat petani enggan mengusahakan tanah-tanah di lahan kritis tersebut. Biasanya lahan kritis ini merupakan lahan tandus, gundul, dan tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian karena tingkat kesuburannya sangat rendah.

Suatu lahan kritis pada awalnya dapat berasal dari lahan yang memang memiliki kesuburan rendah. Namun ada juga yang berasal dari lahan potensial yang karena beberapa hal berubah menjadi lahan kritis. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kondisi suatu lahan menjadi lahan kritis adalah sebagai berikut :

  1. Erosi tanah yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah miring lainnya.
  2. Pengelolaan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pengunungan, daerah miring, maupun di dataran rendah.
  3. Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan.
  4. Genangan air yang terus-menerus seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa.
  5. Pembekuan air, biasanya terjadi di daerah kutub atau pegunungan yang sangat tinggi.
  6. Pencemaran, zat pencemaran (misal pestisida dan limbah pabrik) yang masuk ke lahan pertanian baik melalui aliran sungai maupun yang lain mengakibatkan lahan pertanian menjadi kritis. Jenis-jenis pestisida dapat bertahan beberapa tahun di dalam tanah sehingga mengganggu kesuburan lahan pertanian.
  7. Masuknya material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian, misalnya plastik. Plastik dapat bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kesuburan lahan pertanian.

Lahan kritis yang terdapat di wilayah Indonesia cukup besar dan semakin bertambah dari tahun ke tahun. Gambar berikut ini adalah data jumlah lahan kritis dan sangat kritis di setiap propinsi di Indonesia dari tahun 2011 – 2018 dari BPS

Perbaikan terhadap lahan kritis perlu dilakukan karena jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, secara langsung atau tidak dapat mengganggu kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu adanya usaha-usaha untuk mencegah dan memperbaiki lahan kritis, misalnya :

  1. Pemanfaatan lahan seoptimal mungkin, baik untuk pertanian, perkebunan, peternakan, maupun usaha lainnya
  2. Melakukan penghijauan atau reboisasi
  3. Pembuatan terrasering pada lereng bukit untuk mencegah terjadinya erosi tanah
  4. Program kali bersih (prokasih)
  5. Reklamasi lahan bekas pertambangan
  6. Pengelolaan wilayah terpadu di wilayah perairan dan daerah aliran sungai (DAS)
  7. Mempertahankan keanekaragaman hayati dan pola pergiliran tanaman
  8. Ditetapkannya sanksi yang tegas bagi siapa saja yang merusak lahan, yang mengarah pada terjadinya lahan kritis
  9. Sedapat mungkin digunakan pupuk organik secara tepat dan terusmenerus. Pupuk  rganik tersebut, antara lain, pupuk kandang atau kompos
  10. Memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemar yang ada pada lahan pertanian; meski dapat digunakan untuk menyerap zat pencemar dan dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan, tetapi tetap harus diperhatikan karena eceng gondok sangat mudah berkembang, sehingga dapat menutup permukaan air dan dapat mengganggu lahan pertanian
  11. Penggemburan tanah sawah dilakukan dengan tumbuhan azolla.

Sumber Tulisan

  1. Arsyad, Sitanala. 2008. Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan. Bogor : Yayasan Obor Indonesia dan Crespent Press.
  2. Banowati, Eva dan Sriyanto. 2013. Geografi Pertanian. Yogyakarta : Ombak
  3. Putuhuru, Ferad. 2015. Geologi Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan. Yogyakarta : Ombak
  4. Sutanto, Rahman. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Kanisius

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.