Bencana Alam 02


Jenis dan Karakter Bencana Alam Geologis

Mitigasi Bencana

= – = – =

Bencana alam menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Lebih lanjut bencana alam dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu bencana alam geologi, bencana alam klimatologi dan bencana ekstraterrestrial. Bencana alam geologi adalah bencana alam yang disebabkan oleh aktivitas di lapisan bumi bagian atas yaitu lithosfer. Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh fenomena cuaca dan iklim. Sedangkan bencana alam ekstraterrestrial adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya atau energi dari luar bumi. Pada postingan ini akan dibahas tentang bencana alam geologi.

Bencana alam geologi adalah bencana alam yang disebabkan oleh aktivitas di lapisan bumi bagian atas yaitu lithosfer. Adapun bentuk bencana alam geologi ini antara lain gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi dan tanah longsor.

1. Gempa Bumi

Gempa bumi adalah suatu getaran yang terjadi karena peristiwa tumpukan energi dari dalam bumi (tenaga endogen) yang dapat menggetarkan lempeng samudera dan lempeng benua. Secara singkat gempa bumi terjadi pada saat tekanan semakin meningkat di daerah batuan sampai pada tingkatan tertentu sehingga akan menimbulkan pergerakan yang mendadak.

Karakteristik gempa bumi adalah sebagai berikut :

    • Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, jarang terjadi dalam durasi lebih dari 1 menit.
    • Lokasi kejadian tertentu, terutama di daerah zona subduksi.
    • Akibatnya dapat menimbulkan bencana yang berpotensi menimbulkan kerugian dan membahayakan keselamatan manusia.
    • Berpotensi terulang kembali. Dalam bentuk gempa susulan dalam waktu yang berdekatan dengan gempa utama. Juga dapat terjadi dalam beberapa tahun mendatang. 
    • Belum dapat di prediksi dengan pasti kapan akan terjadi.
    • Tidak dapat dicegah tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi

Tipe-tipe gempa bumi sebagai bencana yang dapat menyebabkan kerusakan adalah sebagai berikut :

    • Gempa bumi vulkanik, terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.
    • Gempa bumi tektonik, disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi tektonik ini yang banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
    • Gempa bumi tumbukan, diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke bumi, merupakan jenis gempa bumi ini jarang terjadi.
    • Gempa bumi runtuhan, terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
    • Gempa bumi buatan, yaitu gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.

.

2. Tsunami

Tsunami (“tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti gelombang) merupakan gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan tersebut berupa gempa bumi tektonik, erupsi vulkanik, atau longsoran.

Tsunami memiliki karakteristik sebagai berikut :

    • Kecepatan tsunami tergantung pada kedalaman laut dan percepatan gravitasi di tempat tersebut.
    • Ketinggian gelombang tsunami berbanding terbalik dengan kecepatan artinya jika kecepatan tsunami besar, maka ketinggian gelombang tsunami hanya beberapa puluh centimeter saja, sebaliknya untuk di daerah pantai, kecepatan tsunaminya kecil sedangkan ketinggian gelombangnya cukup tinggi bisa mencapai puluhan meter.

Penyebab terjadinya tsunami antara lain sebagai berikut :

    • Gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi/perpindahan massa tanah/batuan yang sangat besar dibawah air laut/danau.
    • Tanah longsor dibawah tubuh air/laut
    • Letusan gunung api dibawah laut dan gunung api pulau.

Tanda-tanda tsunami dapat dideteksi lebih awal. Beberapa tanda tersebut adalah sebagai berikut :

    • Pada umumnya didahului dengan kejadian gempa di dasar lautan
    • Surutnya air laut di pantai, dan keluarnya binatang-binatang dari sarangnya karena mereka memiliki insting yang lebih tajam dalam mengenali bencana
    • Gelombang air laut datang secara mendadak
    • Terdapat selang waktu antara waktu terjadinya gempa bumi dengan waktu tsunami di pantai.

.

3. Letusan Gunung Api

Letusan atau Erupsi Gunung Api adalah peristiwa aktifitas naiknya magma dari perut bumi menuju permukaan bumi yang disertai dengan bahaya letusan yang dapat berupa awan panas, lontaran material, hujan abu lebat, lava, gas beracun, tsunami dan banjir lahar. Erupsi gunung berapi dapat mengakibatkan korban jiwa yang besar dan jika letusannya besar dapat mempengaruhi iklim. 

Letusan gunung api memiliki karakteristik sebagai berikut :

    • Biasanya ada tanda-tanda peringatan dengan melihat kondisi alam di sekitar gunung dan dapat diprediksi kapan akan terjadi.
    • Dapat merusak struktur bangunan, baik karena getaran yang ditimbulkan maupun karena  material yang dikeluarkan.
    • Aliran lava dapat mengakibatkan kebakaran pada daerah yang dilewatinya
    • Sebaran debu vulkanik dapat menjangkau areal yang luas dan terbawa oleh arah angin.
    • Banjir lahar dapat terjadi jika disertai hujan

Aktivitas gunung meletus biasanya dapat diprediksi kejadiannya, sehingga korban jiwa, harta, dan benda dapat diminimalisir. Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain:

    • Suhu di sekitar gunung mulai naik.
    • Sumber-sumber air di sekitar gunung menjadi kering
    • Sering mengeluarkan suara gemuruh dan kadang disertai getaran (gempa)
    • Tumbuhan di sekitar gunung layu karena suhu yang mulai naik
    • Binatang-binatang liar di sekitar gunung bermigrasi/turun.

Status keaktifan gunung api di Indonesia menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terbagi menjadi empat yaitu; normal, waspada, siaga dan awas.

    • Normal, dengan ciri-ciri seperti tidak dijumpai gejala aktivitas magma atau dapat dikatakan bahwa gunung dalam kondisi tidur.
    • Waspada, terdapat kenaikan aktivitas melebihi batas normal seperti aktivitas seismik dan kejadian vulkanik lainnya dan mulai menunjukan aktivitas magma, tektonik dan hidrothermal di sekitar gunung
    • Siaga, sudah dalam proses kearah letusan yang ditandai dengan peningkatan seismik secara signifikan dan telah memenuhi semua syarat untuk terjadi letusan.
    • Awas, ahap akhir dimana gunung berapi akan segera melatus atau sedang meletus atau ada dampak tambahan yang dapat menimbulkan bencana. Biasanya letusan pembukaan ditandai dengan keluarnya debu dan asap sangat banyak yang akan menjadi letusan dalam kurun 24 jam kedepan

.

4. Tanah Longsor

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Peristiwa tanah longsor dipicu oleh beberapa hal, secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu faktor alam dan faktor manusia.

Beberapa faktor aktifitas alam yang manyebabkan terjadinya longsor adalah sebagai berikut :

    • Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, strukutur sesar dan kekar, gempa bumi, stragrafi dan gunung berapi.
    • Iklim: curah hujan yang tinggi dan dalam durasi waktu yang lama
    • Keadaan topografi : lereng yang curam
    • Keadaan air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.
    • Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis.
    • Getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan.

Sedangkan faktor aktifitas manusia yang dapat menyebabkan terjadinya longsor adalah sebagai berikut :

    • Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal.
    • Penimbunan tanah urugan di daerah lereng
    • Kegagalan struktur dinding penahan tanah
    • Penggundulan hutan
    • Budidaya kolam ikan diatas lereng
    • Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman
    • Pengembangan wilayah yang tidak di imbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri
    • Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

Kejadian tanah longsor dapat diprediksi dengan tanda-tanda sebagai berikut:

    • Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya terjadi setelah hujan.
    • Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
    • Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
    • Jika musim hujan biasanya air tergenang, menjelang bencana itu, airnya langsung hilang.
    • Pintu dan jendela yang sulit dibuka.
    • Runtuhnya bagian tanah dalam jumlah besar.
    • Pohon/tiang listrik banyak yang miring.
    • Halaman/dalam rumah tiba-tiba ambles.

.

Sumber Tulisan :

  1. Arifin, Aji. 2016. Buku Siswa Geografi untuk SMA/MA Kelas XI Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Surakarta : Mediatama
  2. Mulyo, Bambang Nianto & Suhandini, Purwadi. Buku Siswa Geografi untuk Kelas XI SMA dan MA Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Surakarta : Wangsa Jatra Lestari
  3. Lestari, Fitri Sekar. 2020. Mitigasi Bencana Alam Geografi Kelas XI. Jakarta : Kemendikbud
  4. Setiawan, Agnas. 2018. Membuka Wawasan Dengan Geografi SMA/MA untuk Kelas XI. Yogyakarta : Deepublish.
  5. Sumatri, Lili & Huda, Nurul. 2018. Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar Geografi Kelas XI Peminatan Ilmu-ilmu Sosial Revisi. Bandung : Grafindo Media Pratama.
  6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Penanggulangan Bencana. 26 April 2007. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66. Jakarta.

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.