Konsep Essensial Geografi Dalam Satu Ruang


Contoh Pemahaman Sepuluh Konsep Essensial Geografi Dalam Satu Wilayah

Oleh : Andi Hidayat

= – = – =

Dalam ilmu geografi terdapat konsep-konsep essensial yang menjadi dasar pembahasan suatu fenomena geosfer di permukaan bumi. Konsep essensial ini harus selalu ada atau digunakan dalam setiap mengkaji suatu fenomena geosfer. Konsep-konsep essensial geografi berdasarkan hasil Semiloka Geografi di Semarang pada 1988 oleh geograf-geografi Indonesia disepakati ada sepuluh konsep antara lain Konsep LokasiKonsep JarakKonsep KeterjangkauanKonsep MorfologiKonsep PolaKonsep AglomerasiKonsep Nilai GunaKonsep Diferensiasi AreaKonsep Keterkaitan Keruangan (Asosiasi) dan Konsep Interaksi Interdependensi.

Sepuluh konsep essensial tersebut idealnya harus selalu ada dalam setiap mengkaji suatu fenomena geosfer di permukaan bumi, tetapi pada praktiknya tidak selalu digunakan secara bersamaan. Hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan waktu, biaya, tenaga, dan tujuan analisis yang dikaji oleh geograf sehingga hanya beberapa saja yang digunakan.

Baca juga : Konsep-konsep Essensial Geografi

Berikut ini adalah contoh pengkajian satu wilayah menggunakan sepuluh konsep essensial geografi, yaitu kajian geografis wilayah Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

  1. Wilayah kabupaten Gunungkidul secara astronomis terletak di 110°21′ – 110°50′ BT dan 7°46′ – 8°09′ LS (Lokasi absolut), secara geografis berbatasan dengan kabupaten Bantul DIY di sebelah barat, samudera Hindia di sebelah selatan, kabupaten Klaten dan Sukoharjo Jawa Tengah di sebelah utara dan kabupaten Wonogiri di sebelah timur (Lokasi relatif). Ibu kota kabupaten Gunungkidul adalah Wonosari yang berada di tengah-tengah wilayah kabupaten.
  2. Ibu kota Gunungkidul dari ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Google Maps berjarak 38,5 km (Jarak absolut) dan dapat ditempuh dengan memakan waktu sekitar  1 jam 8 menit dalam kondisi lalulintas lancar (jarak relatif). Dari ibukota kabupaten Klaten Jawa Tengah berjarak 8 km dapat ditempuh sekitar 1 jam 1 menit, sedangkan dari ibukota kabupaten Wonogiri Jawa Tengah berjarak 63,3 km dapat dapat ditempuh sekitar 1 jam 37 menit.
  3. Jalan masuk menuju wilayah kabupaten Gunungkidul menggunakan transportasi darat dapat melalui beberapa jalur. Dari kabupaten Wonogiri dapat melewati jalur Wonogiri-Pracimatoro-Rongkop-Semanu-Wonosari, jalur Wonogiri-Manyaran-Semin-Karangmojo-Wonosari atau lewat jalur Wonogiri-Cawas-Semin-Karangmojo-Wonosari. Dari kabupaten Klaten dapat melewati jalur Cawas-Semin-Ngawen-Nglipar-Wonosari atau jalur Cawas-Semin-Karangmojo-Wonosari. Dari arah Jogja dapat melewati jalur Piyungan-Patuk-Playen-Wonosari, jalur Kalasan-Prambanan-Patuk-Playen-Wonosari, jalur Imogiri-Dlingo-Patuk-Playen-Wonosari, atau Wonokromo-Patul-Playen-Wonosari. Banyaknya jalur keluar masuk ibukota Gunungkidul membuat wilayah kabupaten ini mudah dijangkau dari daerah sekitarnya (Keterjangkauan).
  4. Bentuk permukaan bumi (Morfologi) kabupaten Gunungkidul yang bervariasi. Pada bagian barat merupakan kawasan escarpment yang membentuk formasi lajur Batur Agung-Bayat dari Imogiri di bagian selatan hingga daerah Bayat Klaten. Formasi Batur Agung-Bayat ini memiliki pegunungan dengan lereng dan tebing yang curam sebagai hasil patahan yang membentuk horst yang bersebelahan dengan graben Bantul. Bagian tengah Gunungkidul merupakan cekungan atau basin dengan topografi relatif landai hingga berombak. Bagian timur merupakan formasi bukit panggung, sedangkan bagian selatan merupakan kawasan karst yang memiliki kerucut-kerucut karst dalam jumlah banyak sehingga dinamakan kawasan karst Gunungsewu. Kawasan karst ini berbatasan langsung dengan samudera Hindia menghasilkan tebing-tebing pantai yang curam dan memiliki banyak teluk.
  5. Bentuk permukaan yang beraneka ragam dan jalur transportasi darat berpengaruh terhadap bentuk-bentuk permukiman desa yang ada. Di daerah yang cenderung landai seperti cekungan Wonosari permukiman penduduk cenderung mengumpul, di sepanjang jalur transportasi Jogja-Wonosari permukiman penduduk cenderung memanjang sedangkan di bagian selatan yang merupakan kawasan karst dengan bukit-bukit karst yang banyak membuat dusun-dusun dalam satu desa yang ada terpisah-pisah satu dengan yang lain. (Pola)
  6. Pemusatan kegiatan penduduk terjadi di beberapa tempat (Aglomerasi). Kegiatan industri mengumpul di wilayah sekitar Mijahan Semanu, kegiatan pertanian lahan subur dan budidaya perikanan darat mengumpul di wilayah kecamatan Ponjong sedangkan kegiatan perkebunan buah-buahan (durian, rambutan, coklat dll) mengumpul di wilayah Playen dan Patuk sekitar kompleks Gunung Api Purba.
  7. Bervariasinya bentuk permukaan bumi memberikan nilai manfaat yang bervariasi pula bagi penduduk, salah satunya adalah pada kegiatan wisata pantai (Nilai Guna). Kegiatan wisata pantai di Gunungkidl memberikan nilai manfaat yang berbeda-beda bagi penduduk. Bagi wisatawan yang datang ke kawasan pantai maka wilayah tersebut merupakan tempat wisata untuk melepas penat dan melakukan kegiatan refreshing. Bagi penduduk  setempat wisata pantai merupakan sumber mata pencaharian yang dapat digunakan untuk memenuhi kelangsungan hidup dan menaikkan taraf hidup. Bagi pemerintah daerah wisata pantai merupakan salah satu tempat wisata yang memberikan pendapatan asli daerah yang dapat digunakan untuk kemajuan pembangunan daerah.
  8. Kondisi Geomorfologi dan Geologi yang berbeda menyebabkan wilayah di kabupaten Gunungkidul memiliki perbedaan yang khas dengan lainnya (Perbedaan Wilayah). Sebagai contoh pada bagian selatan yang merupakan kawasan karst Gunungsewu. Kawasan ini berbatasan langsung dengan pantai selatan atau samudera Indonesia. Kawasan karst Gunungsewu merupakan kawasan karst yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur oleh air hujan dan pengangkatan dasar pada masa lampau. Kondisi ini menyebabkan perbukitan karst yang berbatasan langsung dengan laut memilki tebing-tebing curam yang memisahkan antara pantai satu dengan lainnya. Terdapat kurang lebih 50 pantai di sepanjang wilayah selatan kabupaten Gunungkidul dengan sekitar 35 diantaranya telah dikembangkan oleh investor, pemda maupun penduduk setempat. Banyaknya jumlah pantai ini yang membedakan wisata pantai Gunungkidul dengan daerah lainnya. Banyaknya pilihan menikmati keindahan pantai membuat wisatawan berdatangan dari daerah lain sehingga menyebabkan sektor wisata pantai di Gunungkidul berkembang dengan pesat di saat beberapa wisata pantai di daerah lain di pantai selatan Jawa tidak begitu berkembang, apalagi pantai yang langsung berbatasan dengan dataran rendah.
  9. Ketersediaan air bersih di wilayah kabupaten Gunungkidul tersebar secaratidak merata. Wilayah Gunungkidul bagian barat, tengah dan timur cenderung kecukupan dan tidak bermasalah dengan air bersih karena air tanah cenderung dangkal dan mudah diambil. Bagian utara pada waktu-waktu tertentu ada yang mengalami kesulitan air bersih karena sumber-sumber air mengering. Bagian selatan yang merupakan kawasan karst sering mengalami kekeringan parah dan kekurangan air bersih pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena air hujan yang tertampung di telaga selama musim penghujan cepat larut kebawah permukaan tanah karena proses solusinal sehingga air permukaan cenderung habis pada musim kemarau. (Keterkaitan Keruangan)
  10. Salah satu kegiatan pertanian yang tetap mampu berjalan meski di tengah kekeringan pada musim kemarau di kawasan karst Gunungsewu adalah budidaya singkong/ketela pohon. Karena sifatnya yang tidak membutuhkan air banyak maka ketela pohon tetap mampu hidup dan dibudidayakan oleh penduduk di kawasan karst. Hasil budidaya ketela pohon tersebut kemudian diolah menjadi bahan makanan seperti gatot, thiwul, krecek/manggleng, paru, dan berbagai makanan olehan lainnya. Selain itu ketela pohon yang dikeringkan menjadi gaplek juga dapat dijadikan sebagai pencampur makanan ternak. Hasil olahan dan hasil lain dari budidaya ketela pohon itu kemudian dipasarkan ke Wonosari untuk memenuhi kebutuhan pokok penduduk. Beberapa hasil olahan seperti gatot dan thiwul bahkan menjadi salah satu makanan yang dicari para wisatawan dari luar daerah.
    Tetapi meskipun ketela pohon tidak begitu membutuhkan air maka berbeda dengan penduduk. Kebutuhan air bersih untuk kegiatan sehari-hari dari mandi dan masak tentu saja tetap kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Pada kondisi ini kawasan karst membutuhakan pasokan air bersih dari wilayah lain di Gunungkidul yang tidak mengalami kekurangan air bersih. Pada punca musim kemarau sering dilakukan kegiatan dropping air oleh penduduk dari daerah lain kepada penduduk di kawasan karst. (Interaksi Interdependensi)

= – = – =

Untuk memahami artikel di atas dalam bentuk presentasi video dapat anda klik icon menuju link Youtube berikut ini.

Sumber Tulisan

  1. Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Bandung : Alumni
  2. Hermawan, Iwan. 2009. Geografi Sebuah Pengantar. Bandung : Private Publishing
  3. Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung : Alumni
  4. Sya, Ahman. 2011. Pengantar Geografi. Bandung : LPPM Bina Sarana Informatika
  5. Suharyono dan Moch. Amien. 2013. Pengantar Filsafat Geografi : Yogyakarta : Ombak
  6. Yunus, H.S. 2008. Konsep Dan Pendekatan Geografi : Memaknai Hakekat Keilmuannya. Disampaikan dalam sarasehan Forum Pimpinan Pendidikan Tinggi Geografi Indonesia. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada

= – = – =

Terimakasih atas kunjungannya.

Mohon kritik dan sarannya

Selamat belajar. Semoga bermanfaat.