Teori Interaksi 01

Model Gravitasi : Menghitung Kekuatan Interaksi Antara Dua Wilayah

Interaksi Desa Kota

= – = – =

Berdasarkan konsep diferensiasi area atau perbedaan wilayah, desa dengan kota adalah dua wilayah yang berbeda. Desa dengan kekhasannya dimana permukaan buminya didominasi oleh bentang alam alamiah, sedangkan kota didominasi oleh bentang alam budaya hasil karya manusia. Dua wilayah yang berbeda ini pada suatu waktu akan berinteraksi dengan dilatarbelakangi oleh berbagai kepentingan. Interaksi yang intens tersebut kemudian membuat kedua wilayah tersebut kemudian berada pada kondisi saling membutuhkan. Kondisi ini dalam ilmu geografi merupakan fenomena yang berkaitan dengan konsep interaksi intedependensi.

Hubungan timbal balik yang terjadi antara dua wilayah atau lebih ini dapat menimbulkan gejala, permasalahan atau fenomena baru. Kuat-lemahnya interaksi antar wilayah sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional complementary), adanya kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity), serta adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability).

Interaksi antar wilayah banyak diteliti oleh ahli untuk mengembangkan teori interaksi dan terapannya dalam perencanaan pembangunan wilayah. Ada salah satu teori interaksi wilayah yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kekuatan interaksi yang terjadi pada dua wilayah atau lebih. Pada teori lain digunakan untuk memberikan gambaran perkiraan posisi garis batas yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua wilayah yang berbeda jumlah dan komposisi penduduknya. Selain itu ada juga teori yang mengukur kekuatan interaksi suatu wilayah dengan mendasarkan pada banyak sedikitnya jalur transportasi yang keluar masuk ke wilayah yang bersangkutan.

Untuk mengukur kekuatan interaksi suatu wilayah dapat dipelajari dengan menggunakan Model Gravitasi :

Lanjutkan membaca “Teori Interaksi 01”

Interaksi Desa Kota

Pengertian Interaksi Desa Kota dan Faktor Yang Mempengaruhinya

Interaksi Desa Kota

= – = – =

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan kontak dengan orang. Aktivitas tersebut disebut dengan interaksi. Interaksi merupakan bentuk hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi sehingga menghasilkan efek bagi kedua belah pihak.

Dalam konteks yang lebih luas, antar wilayah misalnya antara dengan desa dan kota, maka interaksi kedua tempat ini dipengaruhi oleh munculnya keinginan untuk memenuhi kebutuhan dari kedua tempat. Pola interaksi antara desa dengan kota tidak hanya terbatas pada faktor ekonomi, tetapi berlangsung dalam seluruh aspek kehidupan.

Interaksi antara desa dengan kota akan memunculkan gerakan penduduk dari kedua tempat sebagai bentuk nyatanya. Pola pergerakan penduduk dari desa ke kota atau sebaliknya dapat dengan mudah dipelajari melalui pendekatan keilmuan geogafi. Karena pada dasarnya, pergerakan manusia tidak akanpernah luas dari aspek keruangan yang di dalamnya terkandung berbagai unsur baik unsur fisik, sosial, ekonomi, dan budaya.

Lantas bagaimana interaksi antara desa dengan kota dapat terjadi?
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi atau mempengaruhi terjadinya interaksi antara desa dengan kota. Hal secara umum pada interaksi antar wilayah baik kota dengan kota, kota dengan desa, desa dengan desa maupun bentuk interaksi antar wilayah lainnya.
Lanjutkan membaca “Interaksi Desa Kota”

Perbedaan Kualitatif Pola Keruangan Desa dengan Kota

Desa dan kota merupakan wilayah yang memiliki pol keruangan berbeda. Secara umum desa memiliki wilayah yang lebih luas daripada kota. Jika luas dibandingkan dengan jumlah penduduknya maka desa memiliki kepadatan penduduk yang lebih rendah daripada kepadatan penduduk kota. Rendahnya kepadatan penduduk desa membuat lahan-lahan hunian untuk tempat tinggal terlihat lebih sedikit daripada luas keseluruhan lahan yang ada.

Sedangkan tingginya kepadatan penduduk di kota membuat lahan-lahan di kota tertutup oleh bangunan-bangunan, baik bangunan publik, tempat usaha maupun bangunan tempat tinggal penduduk kota. Kepadatan penduduk kota membuat proses penataan ruang kota untuk masa-masa mendatang, karena hampir semua lahan sudah tertutup.

Lanjutkan membaca “Perbedaan Kualitatif Pola Keruangan Desa dengan Kota”

Struktur Ruang Kota Menurut Haris & Ullman (Teori Inti Ganda)

Pertumbuhan dan perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alamiah dan faktor sosial wilayah, serta kebijakan pemerintah. Faktor alamiah yang mempengaruhi perkembangan kota antara lain lokasi, fisiografi, iklim, dan kekayaan alam yang terkandung di daerah tersebut. Termasuk dalam faktor sosial di antaranya kondisi penduduk dan fasilitas sosial yang ada. Adapun kebijakan pemerintah menyangkut penentuan lokasi kota dan pola tata guna lahan di wilayah perkotaan tersebut.

Kenampakan penggunaan ruang perkotaan adalah keanekaragaman fungsi tanah sebagai cerminan dari keanekaragaman kebutuhan warga kota terhadap berbagai jenis fasilitas kehidupan. Penggunaan tanah akan menjadi salah satu karakter kota, sebagai hasil perpaduan antara kondisi fisik seperti topografi, morfologi, hidrografi, dan kondisi sosial seperti sejarah, ekonomi warga kota, budaya, pemerintah dan keterbukaan kota terhadap daerah lainnya. Segmentasi ruang dalam kota sangat tergantung pada: lokasi kota, karakteristik fisik, kebijakan penggunaan lahan, dan kondisi sosial ekonomi penduduk.

Lanjutkan membaca “Struktur Ruang Kota Menurut Haris & Ullman (Teori Inti Ganda)”

Struktur Ruang Kota Menurut Hommer Hoyt (Teori Sektoral)

Pertumbuhan dan perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alamiah dan faktor sosial wilayah, serta kebijakan pemerintah. Faktor alamiah yang mempengaruhi perkembangan kota antara lain lokasi, fisiografi, iklim, dan kekayaan alam yang terkandung di daerah tersebut. Termasuk dalam faktor sosial di antaranya kondisi penduduk dan fasilitas sosial yang ada. Adapun kebijakan pemerintah menyangkut penentuan lokasi kota dan pola tata guna lahan di wilayah perkotaan tersebut.

Kenampakan penggunaan ruang perkotaan adalah keanekaragaman fungsi tanah sebagai cerminan dari keanekaragaman kebutuhan warga kota terhadap berbagai jenis fasilitas kehidupan. Penggunaan tanah akan menjadi salah satu karakter kota, sebagai hasil perpaduan antara kondisi fisik seperti topografi, morfologi, hidrografi, dan kondisi sosial seperti sejarah, ekonomi warga kota, budaya, pemerintah dan keterbukaan kota terhadap daerah lainnya. Segmentasi ruang dalam kota sangat tergantung pada: lokasi kota, karakteristik fisik, kebijakan penggunaan lahan, dan kondisi sosial ekonomi penduduk.

Lanjutkan membaca “Struktur Ruang Kota Menurut Hommer Hoyt (Teori Sektoral)”

Struktur Ruang Kota Menurut Ernest W Burgess (Teori Konsentris)

Pertumbuhan dan perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alamiah dan faktor sosial wilayah, serta kebijakan pemerintah. Faktor alamiah yang mempengaruhi perkembangan kota antara lain lokasi, fisiografi, iklim, dan kekayaan alam yang terkandung di daerah tersebut. Termasuk dalam faktor sosial di antaranya kondisi penduduk dan fasilitas sosial yang ada. Adapun kebijakan pemerintah menyangkut penentuan lokasi kota dan pola tata guna lahan di wilayah perkotaan tersebut.

Kenampakan penggunaan ruang perkotaan adalah keanekaragaman fungsi tanah sebagai cerminan dari keanekaragaman kebutuhan warga kota terhadap berbagai jenis fasilitas kehidupan. Penggunaan tanah akan menjadi salah satu karakter kota, sebagai hasil perpaduan antara kondisi fisik seperti topografi, morfologi, hidrografi, dan kondisi sosial seperti sejarah, ekonomi warga kota, budaya, pemerintah dan keterbukaan kota terhadap daerah lainnya. Segmentasi ruang dalam kota sangat tergantung pada: lokasi kota, karakteristik fisik, kebijakan penggunaan lahan, dan kondisi sosial ekonomi penduduk.

Lanjutkan membaca “Struktur Ruang Kota Menurut Ernest W Burgess (Teori Konsentris)”