Penanggulangan Bencana Kegagalan Teknologi Industri

Upaya Penanggulangan Bencana Akibat Kegagalan Teknologi di Bidang Industri

Mitigasi Bencana

= – = – =

Bencana nonalam menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Contoh bencana nonalam akibat kegagalan teknologi misalnya kecelakaan industri, kecelakaan transportasi baik manusia maupun barang. Pada posting ini dibahas mengenai bencana kegagalan teknologi di bidang industri.

Bencana akibat kegagalan teknologi di bidang industri adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian, dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi atau alat-alat industri. Bencana ini dapat mengakibatkan kerugian berupa korban manusia meninggal, terluka, hilang, sakit dan mengungsi. Bencana ini dapat menyebabkan terganggu hingga lumpuhnya kegiatan sosial ekonomi penduduk. Berbagai sarana prasarana di sekitar lokasi bencana seperti fasilitas umum seperti sarana transportasi, sarana perekonomian dan sarana sosial dapat rusak, roboh dan hancur.

Penyebab kegagalan teknologi di bidang industri ada bermacam-macam antara lain :

  1. Kebakaran akibat korsleting atau percikan api ruang produksi
  2. Kegagalan dan kesalahan desain keselamatan pabrik
  3. Kesalahan prosedur pengoperasian alat di pabrik
  4. Kerusakan komponen peralatan pabrik
  5. Kebocoran pada ruang reaktor nuklir
  6. Sebotase atau perusakan pembakaran akibat kerusuhan
  7. Dampak ikutan bencana alam terhadap peralatan pabrik

Lanjutkan membaca “Penanggulangan Bencana Kegagalan Teknologi Industri”

Penanggulangan Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

Upaya-upaya Penanggulangan Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan

Mitigasi Bencana

= – = – =

Hutan menurut Undang-Undang tentang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan bentuk  kehidupan  yang tersebar  di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun beriklim dingin, di dataran rendah maupun dipegunungan, dipulau kecil maupun di benua besar.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang cukup luas di dunia. Hutan-hutan tropis terdapat di pulau-pulau besar maupun pulau kecil. Semua pulau besar memiliki kawasan hutan yang cukup luas Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua kecuali hutan tropis di pulau Jawa yang hanya terdapat di semenanjung bagian barat yaitu Ujung Kulon.

Hutan memberikan banyak manfaat bagi manusia. Berbagai hasil hutan seperti kayu, rotan, getah damar dan hasil hutan lainnya telah banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk kelangsungan hidup. Berbagai manfaat tersebut haruslah digunakan dengan sebaik-baiknya oleh manusia agar tetap dapat dinikmati. Namun ada kalanya hutan memberikan bencana yang dapat merugikan kehidupan, salah satunya adalah kebakaran lahan dan hutan.

Menurut BNPB kebakaran lahan dan hutan adalah keadaan suatu lahan dan hutan yang dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan lahan dan hutan serta hasil-hasilnya dapat menimbulkan kerugian. Kebakaran lahan dan hutan yang terjadi di Indonesia pada umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia dalam rangka membuka lahan, baik untuk usaha pertanian, kehutanan maupun perkebunan. Kebakaraan itu semakin ditunjang oleh adanya fenomena alam El Nini Southern Oscillation (ENSO).

Lanjutkan membaca “Penanggulangan Bencana Kebakaran Lahan dan Hutan”

Penanggulangan Bencana Kekeringan

Upaya-upaya Penanggulangan Bencana Kekeringan

Mitigasi Bencana

= – = – =

Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh dibawah kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kekeringan dapat terjadi akibat beberapa faktor meliputi rendahnya curah hujan rata-rata dalam satu musim, rendahnya pasokan air permukaan dan berkurangnya persediaan air tanah, konsumsi air secara besar-besaran oleh industri maupun individu, serta kerusakan wilayah tangkapan air dan sumber-sumber air. 

Dalam Peraturan Kepala BNBP nomor 4 tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana menjelaskan bahwa bahaya kekeringan dialami berbagai wilayah di Indonesia hampir setiap musim kemarau. Hal ini erat terkait dengan menurunnya fungsi lahan dalam menyimpan air. Penurunan fungsi tersebut ditengarai akibat rusaknya ekosistem akibat pemanfaatan lahan yang berlebihan. Dampak dari kekeringan ini adalah gagal panen, kekurangan bahan makanan hingga dampak yang terburuk adalah banyaknya gejala kurang gizi bahkan kematian.

Kekeringan yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia secara umum diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :

  • rendahnya curah hujan rata-rata dalam satu musim
  • rendahnya pasokan air permukaan dan berkurangnya persediaan air tanah
  • konsumsi air secara besar-besaran oleh industri maupun individu
  • kerusakan wilayah tangkapan air dan sumber-sumber air.

Dampak kekeringan antara lain adalah gagal panen, pengangguran, kelaparan, kebakaran hutan, kerusakan tanah, berjangkitnya wabah penyakit, hingga kepunahan hewan dan tumbuhan.

Lanjutkan membaca “Penanggulangan Bencana Kekeringan”

Penanggulangan Bencana Angin Topan

Upaya-upaya Penanggulangan Bencana Angin Topan

Mitigasi Bencana

= – = – =

Wilayah Indonesia yang terletak di daerah tropis mendapatkan panas sinar matahari yang cenderung sama setiap hari baik pada musim kemarau maupun penghujan. Lama penyinaran dan intensitas panas yang diserap permukaan bumi di wilayah tropis dapat menyebabkan terjadinya pemanasan udara akibat radiasi matahari. Pemanasan udara ini membuat udara menjadi memuai sehingga tekanannya menurun. Pada kondisi seperti ini hukum Buys Ballot terjadi, yaitu udara bertekanan tinggi di daerah lain bergerak menuju ke tempat yang memiliki tekanan udara rendah.

Pergerakan udara daerah bertekanan tinggi menuju ke daerah bertekanan rendah adalah fenomena alam umum yang selalu terjadi setiap waktu di permukaan bumi. Pergerakan ini merupakan bentuk alami alam menyeimbangkan dirinya. Daerah yang panas menjadi lebih dingin atau berkurang panasnya karena ada angin datang dari daerah lain. Sebagai contoh daratan yang pada siang hari mudah menyerap panas membuat tekanan udara di atasnya menjadi rendah sehingga udara di lautan yang bertekanan tinggi kemudia bergerak menuju daratan untuk menyeimbangkan atau mendinginkan suhu permukaan bumi di daratan.

Akan tetapi pergerakan angin ini dapat menjadi bahaya yang mengancam kehidupan jika bergerak dengan kecepatan yang tinggi. Berbagai benda yang dilewatinya dapat mengalami kerusakan bahkan kehancuran. Pergerakan udara yang cepat dan bersifat merusak ini sering kita sebut dengan angin topan atau angin puting beliung.

Angin topan adalah angin kencang yang datang secara-tiba-tiba, memiliki pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat (3-5 menit). Angin puting beliung dapat menyebabkan kerusakan yang cukup serius pada bangunan/rumah terutama pada bagian atapnya. Pusaran angin yang kuat dapat membuat atap rumah terlepas dari tembok dan diterbangkan oleh angin, dan menimbulkan bahaya baru yaitu ancaman rumah/bangunan lain dan bahkan manusia dapat terkena atap rumah dan puing-puing yang diterbangkan oleh angin tersebut.

Lanjutkan membaca “Penanggulangan Bencana Angin Topan”

Penanggulangan Bencana Banjir

Upaya-upaya Penanggulangan Bencana Banjir

Mitigasi Bencana

= – = – =

Secara astromis Indonesia terletak di antara garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Berdasarkan iklim matahari lokasi astronomis ini membuat Indonesia terletak di wilayah beriklim iklim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Musim penghujan dan kemarau di Indonesia terjadi secara bergantian. Awal musim tidak terjadi secara bersamaan antara wilayah satu dengan yang lain, namun secara umum musim kemarau berlangsung antara bulan April hingga Oktober. Sedangkan musim penghujan berlangsung antara bulan Oktober hingga April.

Pada musim kemarau kondisi cuaca di atmosfer cenderung memiliki uap air yang rendah berbanding lurus dengan tingkat penguapan yang terjadi. Hal ini menyebabkan curah hujan pada musim kemarau cenderung rendah bahkan hampir tidak ada hujan dan menyebabkan terjadinya kekeringan di beberapa tempat. Sedangkan pada musim penghujan yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu kondisi udara di atmosfer memiliki uap air yang tinggi bahkan jenuh sehingga menyebabkan terjadinya hujan. Curah hujan tinggi disertai dengan intersitas tinggi pula menyebabkan banyak wilayah di Indonesia sering mengalami bencana banjir.

Banjir adalah suatu peristiwa terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat. Ada pula istilah lain yaitu banjir bandang. Berbeda dengan banjir biasa, banjir bandang adalah banjir yang datang tiba-tiba dengan debit air yang besar karena terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.

Dalam Peraturan Kepala BNBP nomor 4 tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana menjelaskan bahwa Indonesia merupakan daerah rawan bencana, baik karena alam maupun ulah manusia. Hampir semua jenis bencana terjadi di Indonesia, yang paling dominan adalah banjir tanah longsor dan kekeringan. Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu : hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu, kondisi daerah budidaya dan pasang surut air laut. Potensi terjadinya ancaman bencana banjir dan tanah longsor saat Ini disebabkan keadaan badan sungai rusak, kerusakan daerah tangkapan air, pelanggaran tata-ruang wilayah, pelanggaran hukum meningkat, perencanaan pembangunan kurang terpadu, dan disiplin masyarakat yang rendah.

Lanjutkan membaca “Penanggulangan Bencana Banjir”

Penanggulangan Bencana Tanah Longsor

Upaya-upaya Penanggulangan Bencana Tanah Longsor

Mitigasi Bencana

= – = – =

Secara geomorfologis wilayah Indonesia memiliki variasi bentuk permukaan bumi yang beranekaragam. Dari bentuklahan yang terjadi karena proses tenaga endogen seperti vulkanisme, tektonisme hingga proses tenaga eksogen seperti erosi dan sedimentasi. Banyaknya variasi morfologi ini membuat permukaan bumi dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang kehidupan oleh manusia seperti untuk tempat tinggal, aktivitas pertanian, perkebunan, kehutanan hinga aktivtas pelepas penat dan stress yaitu rekreasi.

Berbagai pemanfaatan lahan di atas tak lain adalah untuk menunjang kelangsungan hidup manusia. Pemanfaatan lahan-lahan di lereng gunung dan perbukitan untuk kegiatan perkebunan yang optimal dapat menghasilkan produk-produk perkebunan yang berkualitas tinggi, begitu pula pemanfaatan untuk pertanian. Agar lereng-lereng tersebut memberikan manfaat lebih tentu harus disertai dengan pengolahan yang memperhatikan kelangsungan lingkungan, namun jika pengolahan tidak memperhatikan konsep tersebut maka dikhawatirkan dapat menimbulkan bencana alam yaitu tanah longsor.

Dalam Peraturan Kepala BNBP nomor 4 tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana menjelaskan bahwa Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Pemicu dari terjadinya gerakan tanah ini adalah curah hujan yang tinggi serta kelerengan tebing.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kerentanan bencana longsor yang tinggi pada waktu musim penghujan. Kerentanan semakin tinggi lagi karena pola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kelas kemampuan lahan yang sesuai dengan peruntukannya.

Lanjutkan membaca “Penanggulangan Bencana Tanah Longsor”